METODE PEKERJAAN JEMBATAN SETOKO – REMPANG
OTORITA BATAM
Pelaksanaan
konstruksi merupakan rangkaian kegiatan atau bagian dari kegiatan dalam
pekerjaan konstruksi mulai dari persiapan lapangan sampai dengan penyerahan
akhir hasil pekerjaan konstruksi. Sebelum memulai pekerjaan pelaksanaan
konstruksi, terlebih dahulu diadakan peninjauan keadaan lapangan ( project
site / field ) untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh mengenai keadaan
lapangan dalam rangka menyusun kegiatan persiapan pelaksanaan pekerjaan. (
Djojowirono, 1991 )
Pelaksanaan
pekerjaan persiapan merupakan salah satu metode dalam pelaksanaan kontruksi.
Penerapan metode tersebut, terkait erat dengan kondisi lapangan dan jenis
proyek yang dikerjakan. Setiap proyek adalah unik, tidak adadua proyek yang sama persis. Semua jenis proyek
konstruksi umumnya dimulai dengan pelaksanaan pekerjaan persiapan.
Salah satu
kegiatan dalam pelaksanaan pekerjaan persiapan adalah penyusunan rencana
lapangan ( perencanaan site plan / site installation ). Tujuan pokok
dalam perencanaan site plan / site installation adalah mengatur letak
bangunan - bangunan fasilitas dan sarana pada proyek sedemikian rupa, sehingga
pelaksanaan pekerjaan konstruksi dapat berjalan dengan :
·
Efisien
Penempatan dari bangunan-bangunan fasilitas dan sarana pada proyek
perlu diatur menurut kebutuhan sehingga diperoleh efisiensi kerja. Efisiensi
kerja adalah pencapaian perbandingan terbaik antara sumber tenaga / daya dengan
hasil pelaksanaan. ( Djojowirono, 1991 ).Oleh karena itu, letak bangunan-bangunan fasilitas dan sarana
tersebut tidak boleh saling mengganggu satu dengan yang lainnya, baik jarak
maupun ukurannya.
·
Efektif
Penempatan bangunan-bangunan fasilitas dan sarana yang efektif
padaproyek juga dibutuhkan dalam menunjang pekerjaan konstruksi. Efektif adalah dapat diselesaikannya suatu
pekerjaan sesuai dengan rencanab(schedule) kerja yang telah disusun.
( Djojowirono, 1991 ). Perencanaan site plan / site installation yang tidak
efektif dapatbmengakibatkan terjadinya keterlambatan proyek dan bertambahnya
anggaran biaya proyek.
·
Lancar
Yang dimaksud dengan lancar dalam perencanaan site plan / site
installation adalah kelancaran pelaksanaan pekerjaan, terutama kelancaran
transportasi / angkutan di lokasi royek. ( Djojowirono, 1991 ) Pembuatan
jalan kerja untuk mendukung kelancaran transportasi sangat erat hubungannya
dengan perletakan bangunan-bangunan fasilitas dan sarana proyek lainnya.
Terganggunya kelancaran transportasi dapat mengakibatkan timbulnya hambatan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi sehingga jangka waktu pelaksanaan pekerjaan
konstruksi dapat menyimpang dari rencana kerja yang telah tersusun.
·
Aman
Salah satu tujuan dibuatnya bangunan-bangunan fasilitas dan sarana
pada proyek adalah untuk keperluan keamanan dan keselamatan pekerjaan selama
berlangsungnya kegiatan proyek. Yang dimaksud dengan keamanan adalah
menghindarkan gangguan pencurian, kehilangan dan kerusakan peralatan serta
bahan-bahan bangunan. Sedangkan yang dimaksud dengan keselamatan adalah segala
sesuatu yang berhubungan dengan keselamatan para tenaga kerja. (
Djojowirono, 1991 )
PERENCANAAN
SITE PLAN / SITE INSTALLATION PROYEK
Dalam
merencanakan site plan / site installation untuk pekerjaan perlu
diperhitungkan secara cermat penempatan masing – masing fasilitas dan sarana
yang diperlukan dalam menunjang pelaksanaan metode pekerjaan konstruksi.
Dalam
memperhatikan kondisi lapangan yang ada dan disesuaikan dengan desain lay
out yang akan dikerjakan, penempatan fasilitas dan sarana proyek diharapkan
nantinya dapat berfungsi secara optimal sesuai perencanaan. Perlu
dipertimbangkan bahwa seluruh fasilitas dan sarana proyek yang dibangun untuk
pekerjaan persiapan tersebut adalah bersifat sementara dan nantinya akan
dibongkar setelah pelaksanaan proyek selesai.
Walaupun
demikian pemilihan bahan
bangunan dan konstruksi harus dipertimbangkan agar
bangunan fasilitas dan sarana tersebut dapat bertahan selama jangka waktu
pelaksanaan pekerjaan bangunan utama / pokok serta dapat menjamin keamanan dan
keselamatan para penggunanya.
1. PINTU KELUAR
MASUK PROYEK
Definisi
Pintu keluar masuk proyek merupakan tempat yang dilalui orang /
pekerja dan kendaraan proyek untuk mobilisasi material sebagai gerbang yang
membatasi area lokasi proyek dengan lingkungan sekitar. Pada pembuatan pintu
masuk dan keluar orang / pekerja harus mempertimbangkan hal - hal sebagai
berikut :
a. Pintu
dibuat sedemikian rupa sehingga aman terhadap keluar masuknya orang orang yang
bekerja/ berkepentingan.
b. Harus
dilengkapi dengan gardu untuk penjaga yang terlindung dari panas dan hujan.
c. Dilengkapi
sistem kunci yang aman apabila sewaktu-waktu kegiatan proyek terhenti.
d. Dilengkapi
penerangan yang cukup untuk memudahkan pemeriksaan pada malam hari, minimal
menjangkau penerangan dalam radius 6 (enam) meter.
Pintu masuk
dan keluar untuk kendaraan proyek dapat dibuat terpisah, dengan pertimbangan :
a. Ukuran / lebar disesuaikan dengan peralatan /
kendaraan, dengan diberikan kelebihan lebar minimal 50 (lima puluh) cm.
b. Tidak mengganggu kendaraan lain.
c. Perlu pengamanan yang berbeda dengan pintu
keluar masuk untuk umum dan kendaraan kecil.
Peraturan
Penempatan
Lokasi pintu masuk dan keluar berada pada area proyek yang
berhadapan langsung dengan jalan utama. Hal ini bertujuan untuk mempermudahkan
semua pihak yang berkepentingan dengan proyek menuju lokasi proyek.
2.
JALAN KERJA
Definisi
Jalan kerja
adalah jalur lalu lintas kendaraan proyek,baik untuk truk material, truk
mixer maupun untuk mobilisasi alat – alat berat. Konstruksi jalan kerja
bersifat sementara, tetapi dalam perencanaannya harus tetap memperhitungkan
beban lalu lintas yang akan melewatinya. Oleh karena itu, jalan kerja biasanya
dibuat dengan perkerasan, baik menggunakan sirtu maupun aspal. Terutama, jika
kondisi tanah di lokasi proyek cukup labil dan tidak cukup kuat untuk menahan
beban lalu lintas proyek.
Peraturan Penempatan
Penempatan pintu keluar masuk jalan kerja proyek tidak boleh
mengganggu arus lalu lintas dan prasarana kota. Apabila jalan masuk proyek
tersebut melintasi trotoar dan
saluran umum maka perlu dibuat konstruksi pengaman berupa jembatan
sementara untuk lalu lintas kendaraan keluar dan masuk proyek dengan terlebih
dahulu melaporkan ke Dinas/Suku Dinas dan instansi terkait. Jalan kerja dibuat
searah agar memudahkan atau tidak mengganggu kegiatan pembangunan.
3.
DIREKSI KEET
Definisi
Direksi keet adalah ruangan
yang dibangun sebagai tempat pekerja bagi para staf dari kontraktor, pengawas,
maupun pemilik proyek dilapangan. Ruangan ini dilengkapi beberapa fasilitas
seperti ruang pimpinan, ruang rapat, ruang kerja staf, mushola dan toilet.
Bangunan ini didesain mulai dengan ukuran 60 m2
sampai dengan 200 m2, baik bertingkat maupun tidak yang disesuaikan
dengan bentuk di lapangan. Direksi keet dapat dibangun dengan berbagai macam
cara, seperti menggunakan container dan yang umum digunakan adalah cara
sistem rakitan. Pada sistem rakitan, konstruksi terdiri dari rangka baja
sebagai struktur atas, dilapisi dinding plywood. Penutup atapnya terbuat
dari bahan seng atau asbes, sedangkan pada plafon menggunakan bahan material
plywood. Lantai bangunan direksi keet tak bertingkat menggunakan
finishing keramik, sedangkan pada bangunan bertingkat, lantai atasnya
menggunakan plywood setebal 20 mm.
Peraturan Penempatan
Pada umumnya dibangun diatas
lahan yang tidak akan pernah terpakai. Letak bangunan tersebut dibangun sesuai
dengan keinginan pemilik proyek, tetapi penempatannya tidak boleh mengganggu
transportasi atau kegiatan yang sedang dan akan berlangsung.
4.
BASE CAMP STAF PROYEK
dan BARAK PEKERJA
Definisi
Base camp dan barak
pekerja merupakan tempat tinggal staf dan tenaga kerja proyek. Masing-masing
dilengkapi dengan fasilitas kamar mandi, toilet dan dapur.
Peraturan Penempatan
Penempatan base camp
dan barak pekerja dibuat terpisah. Base camp dan barak pekerja
dibangun tidak jauh dari lokasi proyek. Penempatan base camp dan barak
pekerja diluar lokasi proyek harus memperhatikan faktor lingkungan
sekitar, terutama dalam
pembuatan sanitasi.
5.
GUDANG MATERIAL dan PERALATAN
Definisi
Gudang material adalah tempat
penyimpanan material, dimana kondisi tempat tersebut harus dijaga agar tetap
kering dan tidak lembab. Kondisi gudang sangat mempengaruhi kualitas bahan dan
peralatan yang digunakan. Gudang peralatan adalah tempat penyimpanan alat –
alat ringan, seperti mesin genset, vibrator untuk pemadatan beton, alat
– alat pengukuran ( waterpass, theodolit ) serta berbagai komponen
peralatan lainnya. Konstruksi gudang penyimpanan material dan peralatan
dibangun seperti direksi keet, yaitu menggunakan container atau
dirancang dengan sistem rakitan sehingga dapat digunakan berulang kali. Untuk
lantai pada bangunan gudang tidak menggunakan keramik, hanya difinishing
dengan semen.
Peraturan Penempatan
Lokasi gudang material dan
peralatan berada diluar area bangunan yang akan dikerjakan. Untuk mempermudah
proses bongkar muat material, penempatan gudang tidak jauh dari jalan kerja dan
dapat dijangkau oleh tower crane. Untuk mempermudah proses penerimaan
barang, gudang material sebaiknya diletakkan dekat dengan pintu masuk. Gudang
material dan peralatan juga harus diletakkan pada tempat yang mudah dimonitor,
sehingga terjamin keamanannya.
6.
LOS KERJA BESI dan KAYU
Definisi
Los kerja besi adalah tempat
pemotongan dan pembengkokan besi beton. Los kerja kayu digunakan sebagai tempat
pembuatan bekisting dan pekerjaan kayu lainnya. Kedua fasilitas tersebut
dibangun tanpa dinding ( los ) tetapi tetap diberi penutup atap. Bentuk, ukuran
dan konstruksi dari los kerja besi dan kayu harus dapat menjamin keselamatan
dan ketentraman para pekerja yang bekerja di tempat tersebut
Peraturan Penempatan
Penempatan los kerja besi dan
kayu tidak jauh dari penumpukan material dan berada di dekat jalur kerja agar
memudahkan proses pelaksanaannya.
7. CRANE,
PASSENGER HOIST dan LIFT BAHAN, BATCHING PUMP DAN CONCRETE PUMP
Definisi
Tower crane merupakan
alat berat yang berfungsi sebagai system transportasi vertikal untuk mobilisasi
material dan elemen konstruksi. Passenger hoist adalah alat transportasi
vertikal yang berfungsi memudahkan para staf dan pekerja proyek naik turun
dilokasi proyek. Lift bahan adalah alat transportasi vertikal yang
berfungsi untuk pengangkutan material pekerjaan finishing.Batching Pump adalah alat/mesin untuk memproduksi beton.
Concrete Pump adalah alat untuk menaikkan
Beton / Ready mix Concrete ke lokasi pengecoran sehingga mempercepat dan
mempermudah pelaksanaan pekerjaan.
Peraturan Penempatan
Penempatan tower crane,
Batching dan concrete pump harus direncanakan dapat menjangkau seluruh area
proyek konstruksi bangunan yang akan dikerjakan dengan manuver yang aman tanpa
halangan. Konstruksi tower crane yang perlu direncanakan dengan cermat
adalah pondasi dan penempatan bracing sebagai pengaku pada saat bangunan
telah mencapai ketinggian tertentu. Passenger hoist dan lift
bahan diletakkan pada sisi bangunan yang tidak memiliki halangan secara
vertikal. Konstruksi passenger hoist dan lift bahan dibuat
seperti pada tower crane yang meliputi pondasi struktur rangka untuk
rail lift, diperkuat dengan bracing yang diangkur ke struktur
bangunan yang sudah jadi.
8.
DISPOSAL AREA
Definisi
Lingkungan proyek yang
bersih, rapi dan sehat akan membantu meningkatkan produktifitas pekerja dan
mengurangi resiko penyebab terjadinya kecelakaan. Oleh karena itu setiap proyek
memerlukan tempat pembuangan ( disposal area ) untuk membantu menjaga
kebersihan di lokasi kerja. Umur sampah paling lama 1 x 24 jam sudah harus diangkut
keluar lokasi proyek. Pengelompokkan sampah sesuai dengan jenisnya diperlukan
untuk memudahkan proses pengangkutan. Bahan
bongkaran dan lain-lain yang sudah tidak terpakai tersebut harus dibuang /
diangkut ke luar lokasi pekerjaan atau ke tempat pembuangan yang aman. Tidak
diperbolehkan membuang bahan kimia dan bahan beracun dan berbahaya atau bahan /
sisa bahan yang mengandung zat tersebut yang dapat mencemari tanah dan air dan
lingkungan.
Peraturan Penempatan
Tempat sampah berada pada
setiap lokasi yang berpotensi menimbulkan sampah. Pekerja housekeeping
akan mengangkut sampah dari setiap tempat sampah yang sudah terkumpul dan akan
dibuang menuju tempat pembuangan yaitu berupa bak sampah besar. Bak sampah
besar terletak pada area yang tidak akan dibangun, dan daerah yang jauh dari
lokasi pekerjaan. Hal ini mencegah terganggunya produktivitas kerja akibat bau
yang bersasal dari tempat pembuangan sampah.
9.
RUMAH GENSET dan TANGKI AIR
Definisi
Genset berfungsi sebagai
pencipta daya listrik dilokasi proyek. Tangki air merupakan sarana proyek yang
berfungsi sebagai sumber air.
Peraturan Penempatan
Genset dan tangki air diletakkan
pada daerah yang tidak akan dibangun sampai dengan pembangunan proyek selesai.
Masing - masing diletakkan pada area yang berpotensial membutuhkan listrik dan
air.
10.POS JAGA dan
PAGAR PROYEK
Definisi
Pos jaga adalah tempat
petugas keamanan proyek yang berfungsi memudahkan pengawasan keamanan seluruh
kegiatan proyek. Pagar proyek merupakan batas lokasi yang berfungsi untuk
membatasi dan menjaga keamanan kerja dalam lingkungan proyek. Konstruksi pagar
proyek tergantung lokasi dan tempat pekerjaan dapat dibuat dengan menggunakan
dinding beton atau seng dan didukung olehbtiang-tiang besi atau kayu dan diikat
dengan baut pengikat pada jarak tertentu.
Peraturan Penempatan
Pos jaga mutlak diperlukan,
yaitu sebagai tempat para petugas keamanan dapat bekerja selama 24 jam. Pos
jaga diletakkan pada pintu masuk dan keluar proyek serta pada daerah rawan.
Pembuatan pagar dalam suatu pelaksanaan proyek konstruksi merupakan suatu
keharusan. Penempatannya mengitari lokasi proyek dengan tinggi minimal 2,5
meter dan memperhatikan keamanan serta estetika lingkungan Pembuatan pagar
tersebut tidak melampaui garis sepadan jalan.
PELAKSANAAN
PEKERJAAN PEMBANGUNA JEMBATAN PULAU SETOKO
REMPANG
– BATAM
Rancang bangun jalan setoko – rembang ini
mempunyai bentangan sepanjang 363 m dan akan diselesaikan dalam waktu 1165 hari
kelender dengan nilai kontrak sebesar. Rp 43.186.825.000,-.
1.
2 buah Abutmen
2.
4 buah Pilar
a.
2 buah Pilar darat
b.
2 buah Pilar laut
3.
1 buah Gelagar
Kedua macam pilar tersebut mempunyai fungsi yang sama yaitu sebagai penopang gelagar
jembatan. Kondisi dan konstruksi kedua pilar ini berbeda. Pilar darat dibuat
dan ditanam didarat sedangkan pilar laut ditanam didasar laut.
|
Gambar Pilar Darat
|
Dalam pembuatan abutmen haruslah ditentukan
terlebih dahulu pemilikan begisting. Setelah diadakan penelitian begisting
pasang bongkar lebih cocok dan hemat dalam pelaksanaannya. Dalam setiap tahapan
kerja selalu melakukan pengendalian mutu. Mutu material dipilih dan diuji
secara random. Pilr darat berfungsi sebagai pembantu pilar laut yang tugasnya
menopang hampir seluruh beban gelagar jembatan.pembuatannya dilakukan secara
bertahap;
1.
Pembuatan bor pile sebagai pondasinya.
2.
Pembuatan Pile cap sebagai landasan pilarnya
3.
Pembuatan pilar darat
Pilar laut ini adalah sebagai
pilar inti penopang gelagar jembatan.untuk ukuran dan konstruksi berbeda dengan
pilar darat
Pada pilar laut dikerjakan secara bertahap dan
bibagi menjadi 4 bagian pokok:
1. Konstruksi
core pile
2. Pile
cape (juga berfungsi sebagai penopang pilar laut
3. Konstruksi
pilar laut
4. Bentangan
gelagar/box girder
1.
Konstruksi
Core Pile
a.
Core Inner Pile
Tahap awal pembuatan pilar laut
adalah pemancangan pipa chasing dengan diameter 180 cm sepanjang 33 m dengan
jumlah 36 pipa. Untuk setiap pilar laut
ditambah dua buah timepureri chasing. Pemancangan harus sampai ditanah keras
atau bebatuan kemudian dibor dengan kedalaman 4 meter dan chasing diturunkan
juga mencapai 4 m. Khusus trompai chasing diturunkan hingga 9 meter. Pengeboran
dilanjutkan lagi hingga mencapai 14 m. Untuk pipa casing core pile disetiap
sisi telah dipasang cluth dan disisi yang lain dipasang site conektor. Masing
masing sebagai penyambung pipa yang jadi satu dengan pipa chasing
lainnya.urutan pemancangan pipa casing cold pile dilakukan secara silang.
Setelah pipa pipa inner pile tertanam semua kemudian dilakukan airlift. airlift
berfungsi untuk membersihkan kotoran lumpur yang tidak diperlukan pada beton.
Selesai airlift pipa grouting dimasukan dan dilanjutkan penulangan. Besi tulang
dirangkai didarat dan dimasukan kedalam pipa chasing secara berurutan. Kini
pile siap dilakukan pengecoran. Untuk menjamin mutu beton k350 tahan sulfat
selama pengecoran dilakukan presure test; beton dicetak berbentuk kubus,
bahannya diambil secara sampling dari tiap tiap 20m3 adonan beton kemudian dipasang
label dan dikeringkan. Pengeringan selama 3 hari. Presure test dilakukan secara
bertahap berdasarkan lama pengeringan; mulai 3 hari; 7 hari; 21 hari sampai 28
hari sampai bisa dipastikan semakin lama semakin keras.
Pengecoran bore pile dilakukan dengan
sistem tremie yaitu pipa tramie yang dalamnya sudah diisi pipa pelampung
dimasukan kedalam –pipa casing sampai kedasar pengeboran pelampung berfungsi
sebagai penyikat beton dan air yang ada didalam pipa tremie saat beton
dipompakan kedalam pipa trani pelampung akan pecah atau naik ke permukaan air.
Untuk mendapatkan beton yang bermutu treni harus ada dipermukaan beton, tidak
diijinkan diatas permukaan beton atau terlalu kedalam. Begitu seterusnya hingga
permukaan beton mencapai permukaan kerja. Saat lantai kerja dilepas beton yang
jelek kan tumpah kelaut sehingga didapatkan permukaan beton yang bermutu k 350.
Setelah beton berumur 24 jam kemudian dilakukan grouting yaitu memasukan mortat
proud untuk mengisi rongga rongga. Grouting ini dilakukan guna mendapatkan
hasil beton yang bagus dan tidak berongga.
Caranya sebagai berikut :
Adukan mortat groud dimasukan
kedalam ujung pipa galvanis dengan tekanan 6 bar sampai seluruh pipa galvanis
terisi penuh. Hal ini ditandai dengan keluarnya adukan mortat proud dari ujung
pipa yang lain. Kemudian ujung pipa ditutupdan tekanan dinaikan menjadi 75 bar.
Karena tekanan tinggi karet
pembungkjus lubang pipa dibawah membuka atau pecah sehingga adukan mortal
keluar dan menyebar mengisi rongga
rongga. Begitu seterusnya pelaksanaan base grouting sampai rongga rongga terisi
semua. Dalam satu bore pile dipasangan 3
buah instalasi pipa grouting sehingga
dijamin bore pile ini benar benar bagus dan tidak berongga. Grouting dilakukan
juga pada cluth. Prinsip kerjanya sama. Hanya pada cluth dipasang geotextil dab
didalamnya dimasukan dua buah besi tulangan berdiameter 19 mm sepanjang cluth. Adukan mortat proud
dimasukan kedalam geotextil degan tekanan 40 bar sampai rongga rongga bar
terisi penuh.
b.
Core
Pile
|
|
|
|
Prinsip kerja dari galian core sama sama dengan pekerjaan
airlift hanya pada pekerjaan ini ujung pipa drill diruncingkan dan dijatuhkan
berulang ulang. Tujuannya untuk menggemburkan tanah keras didalam cole.
Material tanah dikeluarkan bersamaan dengan keluarnya air yang disemburkan
kompresor. Begitu seterusnya sampai mencapai elevasi tanah yang nilai
SPTnya 50 atau 8 titik. Selesai penggalian
cole dilanjutkan denganpenggalian
penulangan cold dan airlift. Semuanya dipersiapkan untuk pengecoran coee
agar mendapatkan beton yang benar benar bagus. Beton core memakai kualitas mutu
beton k350 dengan slum 18 – 20 cm.
Adonan beton k350 dicampur adiktif sikkaform 7 % yang berfungsi untuk
menahan garam laut plus exisator desi 0,5 % yang berfungsi untuk memperlambat
12 jam pengerasan beton. Volume pengecoran cole mencapai 1200 m3 untuk itu
dibagi menjadi 4 tahap dan diperlukan 2 buah Batching, dua buah concrete pump
dan 4 buah pipa tremie. Setiap tahapan pengecoran mencapai tinggi 8 meter 3 kali dan tahap akhir 4 meter 1 kali. Pada
akhir pengecoran core, beton paling atas yang bercampur lumpur dibuang sampai
permukaan beton yang bagus. Setelah pengecoran core mencapai elevasi 2,3 meter kemudian dilakukan
perawatan caranya permukaan beton ditutup styroform setebal 12 cm tujuan untuk
menghambat penguapan dan menghindari terjadinya retak rambut.
Dalam pelaksanaan pengecoran core ini setiap tahapan selalu
diawasi dan diperiksa spesifikasinya karena diterapkan sistem kendali mutu
disetiap proses kerja
c. Out
Core Pile
Selesai perawatan core dilanjutkan dengan pemancangan out core pile.
Cara pemancangan sama dengan pada pemancangan iner core pile. Urutan pemancangan
disesuaikan dengan kuatnya arus air laut. Outor pile 1 – 6 diselesaikan dalam satu sesi. Out core pile
ke 7 - 12 dalam sesi yang lain sedangkan autor pile 13 &14 dipasangkan pada
centra garis core. Kemudian out core dirangkai dengan cure pile memakai besi
laberzing dan besi siku. Selesai dilakukan perawatan beton cole dilanjutkan
dengan proses pembuatan pile cape.
2.
Konstruksi
Pile Cape
Pile cape ini labuat dengan memasangkan
beton pracetak yang dilingkarkan disekeliling out core pile. Out core pile yang
telah sama dikaitkan dengan core pile ini pada dinding-dindingnya dipasang
bracket bracket sebagai penopang beton pracetak. Pengelasan bracket ini
ditentukan dengan bentuk, ukuran dan ketinggian yang sama kemudian dipasangkan
beton cetak. Beton cetak ini berfungsi sebagai begisting pile cape. Untuk
samping dinding dindingnya juga yang diterapkan beton cetak yang juga
berfungsi sebagai begisting.
3. Konstruksi Pilar
Konstruksi pilar ada du kolom, dalam satu kolom ada 2 pile cape
yang selanjutnya menjadi titik tumpu beban gelagar. Hammer head ini dibuat
berongga dan dapat dimanfaatkan sebagai jalan kerja peralatan maupun tenaga.
Hummer head ini selain sebagai penopang beban gelagar juga sebagai bagian dari
gelagar. Gelagar yang akan dibuat diawali dari hammer head dan sebahu dengan hummer
head.
4.
Konstruksi
Gelagar
Sebelum melaksanakan pembuatan gelagar terlebih dahulu
mengadakan penelitian untuk menentukan sistem begisting.pada gelagar jembatan
ini menerapkan sistem begisting traveler form work. Kelebihan dari sistem
begisting ini dapat dibongkar pasang ditempat dan dapat dipakai berulang kali.
Sebelum instal traveler diatas hummer head terlebih dahulu dipersiapkan lubang
lubang angkur traveler. Khusus untuk hummer head lubang lubang angkur
dipersiapkan sesuai tahapan pengecoran box girder, maka lubang angkur dudukan
rel ekstra harus tertanam pada beton.
Lubang
angkur dibuat dengan pipa pvc yang
diletakan sesuai dengan koordinat sesuai dengan koordinat yang telah
ditentukan. Lubang-lubang angkur dipersiapkan untuk lubang dudukan angker,
lubang angker rell dan lubang lubang
penggantung form work. Pada form work ini begisting dibagi menjadi tiga bagian
yaitu : begisting penggantung top slab, pegisitng penggantung button slab dan
begisting penggantung sayap atau dinding box girder. Instal traver diatas
hummer head dilakukan dari ponton dengan crane berkapasitas 80 ton, pada saat
instal posisi ponton harus searah dengan arus air laut. Untuk traveler 1
dipasangkan pada salah satu ekstra hummer head setelah selesai diteruskan
dengan traveler 2 sampai ke 8 traveler terpasang. Sistem instal dilakukan
bermodul sesuai dengan urutannya yaitu instal rell, intal plat dan instal balok
dudukan, instal penumpu roller scape. Intal modul utama. Onstal modul belakang,
instal modul depan dan istal modul penghubung. Selesai instal traveler form
dilanjutkan dengan pemasangan begisting box girder kemudian dilakukan
penulangan dan pengecoran untuk segmen pertama gelagar. Untuk memindahkan
traveler ke segmen selanjutnya dilakukan secara bertahap dan harus berurutan
yaitu dengan langkah pertama rel
didorong ke beton segmen didepannya
sehingga permukaan segaris dengan pemukaan beton setelah itu angkur rel
dipasang , angkur bar yang menghubungkan modul rel ke beton dilepas sehingga roda belakang menyentuh balok rel
yang berfungsi sebagai angkur dan tumpuan rel. Jackk hidrolik diturunkan dengan cara mengendorkan lognatnya
roller scape menyentuh permukaan rel. Setelah memasang angkur rel dan telah
dipastikan sekencang mungkin maka traveler siap untuk digerakan. Penggerak
traveler memangkai jack scope panjang. Selama pergerakan ini jack memakai
tumpuan plat penghubung rell. Titik titip berhenti traveler adalah setiap 50
cm.
Untuk
satu segmen dilakukan pergerakan 6 kali, namun sebelum batas depan segmen
terakhir pada jarak rell diberikan stivener yang berfungsi sebagai pengkaku
permukaan. Setelah traveler posisi akhir pergerakan kemudian traveler diangkat
dengan jack hidrolik sehingga roller scape menggantung dari rel kemudian modul
utama kiri dan kanan dilevel dan lognate dikencangkan. Pemasangan angkur
traveler setelah roda modul utama
diturunkan, kini traveler siap untuk dibebani. Dalam menggerakkan traveler ini
selalu menggunakan jack hidrolik sebagai pendorongnya. Pada akhir pergerakan
leveling modul kanan dan kiri sangat menentukan ketinggian akan gelagar
selanjutnya.untuk itu spesifikasi teknis harus selalu diikuti. Demikianlah
proses maju setapak demi setapak akhirnya membentik jembatan yang kokoh. Dengan
selesainya pengecoran bagian closer baik pada bagian tengan maupun tepi secara
struktur selesai pula pekerjaan konstruksi jembatan yang kemudian diteruskan dengan pekerjaan
finishing yang meliputi pekerjaan median., trotoar, ,relling jembatan, tiang
listrik dan saluran drainasi (Andy Pio Monthero).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar