Pages

Senin, 14 Oktober 2013

Metode Pekerjaan Jembatan

METODE PEKERJAAN JEMBATAN SETOKO – REMPANG
OTORITA BATAM




Pelaksanaan konstruksi merupakan rangkaian kegiatan atau bagian dari kegiatan dalam pekerjaan konstruksi mulai dari persiapan lapangan sampai dengan penyerahan akhir hasil pekerjaan konstruksi. Sebelum memulai pekerjaan pelaksanaan konstruksi, terlebih dahulu diadakan peninjauan keadaan lapangan ( project site / field ) untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh mengenai keadaan lapangan dalam rangka menyusun kegiatan persiapan pelaksanaan pekerjaan. ( Djojowirono, 1991 )
Pelaksanaan pekerjaan persiapan merupakan salah satu metode dalam pelaksanaan kontruksi. Penerapan metode tersebut, terkait erat dengan kondisi lapangan dan jenis proyek yang dikerjakan. Setiap proyek adalah unik, tidak adadua  proyek yang sama persis. Semua jenis proyek konstruksi umumnya dimulai dengan pelaksanaan pekerjaan persiapan.
Salah satu kegiatan dalam pelaksanaan pekerjaan persiapan adalah penyusunan rencana lapangan ( perencanaan site plan / site installation ). Tujuan pokok dalam perencanaan site plan / site installation adalah mengatur letak bangunan - bangunan fasilitas dan sarana pada proyek sedemikian rupa, sehingga pelaksanaan pekerjaan konstruksi dapat berjalan dengan :
·         Efisien
Penempatan dari bangunan-bangunan fasilitas dan sarana pada proyek perlu diatur menurut kebutuhan sehingga diperoleh efisiensi kerja. Efisiensi kerja adalah pencapaian perbandingan terbaik antara sumber tenaga / daya dengan hasil pelaksanaan. ( Djojowirono, 1991 ).Oleh karena itu, letak bangunan-bangunan fasilitas dan sarana tersebut tidak boleh saling mengganggu satu dengan yang lainnya, baik jarak maupun ukurannya.
·         Efektif
Penempatan bangunan-bangunan fasilitas dan sarana yang efektif padaproyek juga dibutuhkan dalam menunjang pekerjaan konstruksi. Efektif   adalah dapat diselesaikannya suatu pekerjaan sesuai dengan rencanab(schedule) kerja yang telah disusun. ( Djojowirono, 1991 ). Perencanaan site plan / site installation yang tidak efektif dapatbmengakibatkan terjadinya keterlambatan proyek dan bertambahnya anggaran biaya proyek.
·         Lancar
Yang dimaksud dengan lancar dalam perencanaan site plan / site installation adalah kelancaran pelaksanaan pekerjaan, terutama kelancaran transportasi / angkutan di lokasi royek. ( Djojowirono, 1991 ) Pembuatan jalan kerja untuk mendukung kelancaran transportasi sangat erat hubungannya dengan perletakan bangunan-bangunan fasilitas dan sarana proyek lainnya. Terganggunya kelancaran transportasi dapat mengakibatkan timbulnya hambatan pelaksanaan pekerjaan konstruksi sehingga jangka waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi dapat menyimpang dari rencana kerja yang telah tersusun.
·         Aman
Salah satu tujuan dibuatnya bangunan-bangunan fasilitas dan sarana pada proyek adalah untuk keperluan keamanan dan keselamatan pekerjaan selama berlangsungnya kegiatan proyek. Yang dimaksud dengan keamanan adalah menghindarkan gangguan pencurian, kehilangan dan kerusakan peralatan serta bahan-bahan bangunan. Sedangkan yang dimaksud dengan keselamatan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keselamatan para tenaga kerja. ( Djojowirono, 1991 )

             PERENCANAAN SITE PLAN / SITE INSTALLATION  PROYEK

Dalam merencanakan site plan / site installation untuk pekerjaan perlu diperhitungkan secara cermat penempatan masing – masing fasilitas dan sarana yang diperlukan dalam menunjang pelaksanaan metode pekerjaan konstruksi.
Dalam memperhatikan kondisi lapangan yang ada dan disesuaikan dengan desain lay out yang akan dikerjakan, penempatan fasilitas dan sarana proyek diharapkan nantinya dapat berfungsi secara optimal sesuai perencanaan. Perlu dipertimbangkan bahwa seluruh fasilitas dan sarana proyek yang dibangun untuk pekerjaan persiapan tersebut adalah bersifat sementara dan nantinya akan dibongkar setelah pelaksanaan proyek selesai.
 Walaupun demikian pemilihan bahan bangunan dan konstruksi harus dipertimbangkan agar bangunan fasilitas dan sarana tersebut dapat bertahan selama jangka waktu pelaksanaan pekerjaan bangunan utama / pokok serta dapat menjamin keamanan dan keselamatan para penggunanya.
1.       PINTU KELUAR MASUK PROYEK
                   Definisi
Pintu keluar masuk proyek merupakan tempat yang dilalui orang / pekerja dan kendaraan proyek untuk mobilisasi material sebagai gerbang yang membatasi area lokasi proyek dengan lingkungan sekitar. Pada pembuatan pintu masuk dan keluar orang / pekerja harus mempertimbangkan hal - hal sebagai berikut :
a.  Pintu dibuat sedemikian rupa sehingga aman terhadap keluar masuknya orang orang yang bekerja/ berkepentingan.
b. Harus dilengkapi dengan gardu untuk penjaga yang terlindung dari panas dan hujan.
c. Dilengkapi sistem kunci yang aman apabila sewaktu-waktu kegiatan proyek terhenti.
d. Dilengkapi penerangan yang cukup untuk memudahkan pemeriksaan pada malam hari, minimal menjangkau penerangan dalam radius 6 (enam) meter.
Pintu masuk dan keluar untuk kendaraan proyek dapat dibuat terpisah, dengan pertimbangan :
a. Ukuran / lebar disesuaikan dengan peralatan / kendaraan, dengan diberikan kelebihan lebar minimal 50 (lima puluh) cm.
b. Tidak mengganggu kendaraan lain.
c. Perlu pengamanan yang berbeda dengan pintu keluar masuk untuk umum dan kendaraan kecil.
Peraturan Penempatan
Lokasi pintu masuk dan keluar berada pada area proyek yang berhadapan langsung dengan jalan utama. Hal ini bertujuan untuk mempermudahkan semua pihak yang berkepentingan dengan proyek menuju lokasi proyek.
2.       JALAN KERJA
                   Definisi
                   Jalan kerja adalah jalur lalu lintas kendaraan proyek,baik untuk truk material, truk mixer maupun untuk mobilisasi alat – alat berat. Konstruksi jalan kerja bersifat sementara, tetapi dalam perencanaannya harus tetap memperhitungkan beban lalu lintas yang akan melewatinya. Oleh karena itu, jalan kerja biasanya dibuat dengan perkerasan, baik menggunakan sirtu maupun aspal. Terutama, jika kondisi tanah di lokasi proyek cukup labil dan tidak cukup kuat untuk menahan beban lalu lintas proyek.
                      Peraturan Penempatan
Penempatan pintu keluar masuk jalan kerja proyek tidak boleh mengganggu arus lalu lintas dan prasarana kota. Apabila jalan masuk proyek tersebut melintasi trotoar dan
saluran umum maka perlu dibuat konstruksi pengaman berupa jembatan sementara untuk lalu lintas kendaraan keluar dan masuk proyek dengan terlebih dahulu melaporkan ke Dinas/Suku Dinas dan instansi terkait. Jalan kerja dibuat searah agar memudahkan atau tidak mengganggu kegiatan pembangunan.
3.     DIREKSI KEET
Definisi
Direksi keet adalah ruangan yang dibangun sebagai tempat pekerja bagi para staf dari kontraktor, pengawas, maupun pemilik proyek dilapangan. Ruangan ini dilengkapi beberapa fasilitas seperti ruang pimpinan, ruang rapat, ruang kerja staf, mushola dan toilet. Bangunan ini didesain mulai dengan ukuran 60 m2  sampai dengan 200 m2, baik bertingkat maupun tidak yang disesuaikan dengan bentuk di lapangan. Direksi keet dapat dibangun dengan berbagai macam cara, seperti menggunakan container dan yang umum digunakan adalah cara sistem rakitan. Pada sistem rakitan, konstruksi terdiri dari rangka baja sebagai struktur atas, dilapisi dinding plywood. Penutup atapnya terbuat dari bahan seng atau asbes, sedangkan pada plafon menggunakan bahan material plywood. Lantai bangunan direksi keet tak bertingkat menggunakan finishing keramik, sedangkan pada bangunan bertingkat, lantai atasnya menggunakan plywood setebal 20 mm.
Peraturan Penempatan
Pada umumnya dibangun diatas lahan yang tidak akan pernah terpakai. Letak bangunan tersebut dibangun sesuai dengan keinginan pemilik proyek, tetapi penempatannya tidak boleh mengganggu transportasi atau kegiatan yang sedang dan akan berlangsung.
4.     BASE CAMP STAF PROYEK dan BARAK PEKERJA
Definisi
Base camp dan barak pekerja merupakan tempat tinggal staf dan tenaga kerja proyek. Masing-masing dilengkapi dengan fasilitas kamar mandi, toilet dan dapur.
Peraturan Penempatan
Penempatan base camp dan barak pekerja dibuat terpisah. Base camp dan barak pekerja dibangun tidak jauh dari lokasi proyek. Penempatan base camp dan barak pekerja diluar lokasi proyek harus memperhatikan faktor lingkungan
sekitar, terutama dalam pembuatan sanitasi.
5.     GUDANG MATERIAL dan PERALATAN
Definisi
Gudang material adalah tempat penyimpanan material, dimana kondisi tempat tersebut harus dijaga agar tetap kering dan tidak lembab. Kondisi gudang sangat mempengaruhi kualitas bahan dan peralatan yang digunakan. Gudang peralatan adalah tempat penyimpanan alat – alat ringan, seperti mesin genset, vibrator untuk pemadatan beton, alat – alat pengukuran ( waterpass, theodolit ) serta berbagai komponen peralatan lainnya. Konstruksi gudang penyimpanan material dan peralatan dibangun seperti direksi keet, yaitu menggunakan container atau dirancang dengan sistem rakitan sehingga dapat digunakan berulang kali. Untuk lantai pada bangunan gudang tidak menggunakan keramik, hanya difinishing dengan semen.
Peraturan Penempatan
Lokasi gudang material dan peralatan berada diluar area bangunan yang akan dikerjakan. Untuk mempermudah proses bongkar muat material, penempatan gudang tidak jauh dari jalan kerja dan dapat dijangkau oleh tower crane. Untuk mempermudah proses penerimaan barang, gudang material sebaiknya diletakkan dekat dengan pintu masuk. Gudang material dan peralatan juga harus diletakkan pada tempat yang mudah dimonitor, sehingga terjamin keamanannya.
6.     LOS KERJA BESI dan KAYU
Definisi
Los kerja besi adalah tempat pemotongan dan pembengkokan besi beton. Los kerja kayu digunakan sebagai tempat pembuatan bekisting dan pekerjaan kayu lainnya. Kedua fasilitas tersebut dibangun tanpa dinding ( los ) tetapi tetap diberi penutup atap. Bentuk, ukuran dan konstruksi dari los kerja besi dan kayu harus dapat menjamin keselamatan dan ketentraman para pekerja yang bekerja di tempat tersebut
 Peraturan Penempatan
Penempatan los kerja besi dan kayu tidak jauh dari penumpukan material dan berada di dekat jalur kerja agar memudahkan proses pelaksanaannya.
7.     CRANE, PASSENGER HOIST dan LIFT BAHAN, BATCHING PUMP DAN CONCRETE PUMP
Definisi
Tower crane merupakan alat berat yang berfungsi sebagai system transportasi vertikal untuk mobilisasi material dan elemen konstruksi. Passenger hoist adalah alat transportasi vertikal yang berfungsi memudahkan para staf dan pekerja proyek naik turun dilokasi proyek. Lift bahan adalah alat transportasi vertikal yang berfungsi untuk pengangkutan material pekerjaan finishing.Batching Pump adalah alat/mesin untuk memproduksi beton. Concrete Pump adalah  alat untuk menaikkan Beton / Ready mix Concrete ke lokasi pengecoran sehingga mempercepat dan mempermudah pelaksanaan pekerjaan.
Peraturan Penempatan
Penempatan tower crane, Batching dan concrete pump harus direncanakan dapat menjangkau seluruh area proyek konstruksi bangunan yang akan dikerjakan dengan manuver yang aman tanpa halangan. Konstruksi tower crane yang perlu direncanakan dengan cermat adalah pondasi dan penempatan bracing sebagai pengaku pada saat bangunan telah mencapai ketinggian tertentu. Passenger hoist dan lift bahan diletakkan pada sisi bangunan yang tidak memiliki halangan secara vertikal. Konstruksi passenger hoist dan lift bahan dibuat seperti pada tower crane yang meliputi pondasi struktur rangka untuk rail lift, diperkuat dengan bracing yang diangkur ke struktur bangunan yang sudah jadi.
8.     DISPOSAL AREA
Definisi
Lingkungan proyek yang bersih, rapi dan sehat akan membantu meningkatkan produktifitas pekerja dan mengurangi resiko penyebab terjadinya kecelakaan. Oleh karena itu setiap proyek memerlukan tempat pembuangan ( disposal area ) untuk membantu menjaga kebersihan di lokasi kerja. Umur sampah paling lama 1 x 24 jam sudah harus diangkut keluar lokasi proyek. Pengelompokkan sampah sesuai dengan jenisnya diperlukan untuk memudahkan proses pengangkutan.  Bahan bongkaran dan lain-lain yang sudah tidak terpakai tersebut harus dibuang / diangkut ke luar lokasi pekerjaan atau ke tempat pembuangan yang aman. Tidak diperbolehkan membuang bahan kimia dan bahan beracun dan berbahaya atau bahan / sisa bahan yang mengandung zat tersebut yang dapat mencemari tanah dan air dan lingkungan.
Peraturan Penempatan
Tempat sampah berada pada setiap lokasi yang berpotensi menimbulkan sampah. Pekerja housekeeping akan mengangkut sampah dari setiap tempat sampah yang sudah terkumpul dan akan dibuang menuju tempat pembuangan yaitu berupa bak sampah besar. Bak sampah besar terletak pada area yang tidak akan dibangun, dan daerah yang jauh dari lokasi pekerjaan. Hal ini mencegah terganggunya produktivitas kerja akibat bau yang bersasal dari tempat pembuangan sampah.
9.     RUMAH GENSET dan TANGKI AIR
Definisi
Genset berfungsi sebagai pencipta daya listrik dilokasi proyek. Tangki air merupakan sarana proyek yang berfungsi sebagai sumber air.
Peraturan Penempatan
Genset dan tangki air diletakkan pada daerah yang tidak akan dibangun sampai dengan pembangunan proyek selesai. Masing - masing diletakkan pada area yang berpotensial membutuhkan listrik dan air.
10.POS JAGA dan PAGAR PROYEK
Definisi
Pos jaga adalah tempat petugas keamanan proyek yang berfungsi memudahkan pengawasan keamanan seluruh kegiatan proyek. Pagar proyek merupakan batas lokasi yang berfungsi untuk membatasi dan menjaga keamanan kerja dalam lingkungan proyek. Konstruksi pagar proyek tergantung lokasi dan tempat pekerjaan dapat dibuat dengan menggunakan dinding beton atau seng dan didukung olehbtiang-tiang besi atau kayu dan diikat dengan baut pengikat pada jarak tertentu.
Peraturan Penempatan
Pos jaga mutlak diperlukan, yaitu sebagai tempat para petugas keamanan dapat bekerja selama 24 jam. Pos jaga diletakkan pada pintu masuk dan keluar proyek serta pada daerah rawan. Pembuatan pagar dalam suatu pelaksanaan proyek konstruksi merupakan suatu keharusan. Penempatannya mengitari lokasi proyek dengan tinggi minimal 2,5 meter dan memperhatikan keamanan serta estetika lingkungan Pembuatan pagar tersebut tidak melampaui garis sepadan jalan. 

            PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMBANGUNA JEMBATAN PULAU SETOKO   
            REMPANG – BATAM
Rancang bangun jalan setoko – rembang ini mempunyai bentangan sepanjang 363 m dan akan diselesaikan dalam waktu 1165 hari kelender dengan nilai kontrak sebesar. Rp 43.186.825.000,-.
                        Rancang bangun jembatan ini terbagi menjadi tiga bagian utama :
1.         2 buah Abutmen
2.         4 buah Pilar
a.    2 buah Pilar darat
b.   2 buah Pilar laut
3.         1 buah Gelagar

Kedua macam pilar tersebut mempunyai fungsi  yang sama yaitu sebagai penopang gelagar jembatan. Kondisi dan konstruksi kedua pilar ini berbeda. Pilar darat dibuat dan ditanam didarat sedangkan pilar laut ditanam didasar laut.

               
Gambar Pilar Laut
                                                                                      


 






                      Gambar Pilar Darat

Dalam pembuatan abutmen haruslah ditentukan terlebih dahulu pemilikan begisting. Setelah diadakan penelitian begisting pasang bongkar lebih cocok dan hemat dalam pelaksanaannya. Dalam setiap tahapan kerja selalu melakukan pengendalian mutu. Mutu material dipilih dan diuji secara random. Pilr darat berfungsi sebagai pembantu pilar laut yang tugasnya menopang hampir seluruh beban gelagar jembatan.pembuatannya dilakukan secara bertahap;
1.         Pembuatan bor pile sebagai pondasinya.
2.         Pembuatan Pile cap sebagai landasan pilarnya
3.         Pembuatan pilar darat
 
Konstruksi pilar darat ini dibuat dengan 4 kolom pilar yang akan menerima beban langsung dari gelagar jembatan.
Pilar laut ini adalah sebagai pilar inti penopang gelagar jembatan.untuk ukuran dan konstruksi berbeda dengan pilar darat
Pada pilar laut dikerjakan secara bertahap dan bibagi menjadi 4 bagian pokok:
1.    Konstruksi core pile
2.    Pile cape (juga berfungsi sebagai penopang pilar laut
3.    Konstruksi pilar laut
4.    Bentangan gelagar/box girder

1.     Konstruksi Core Pile
a. Core Inner Pile

Tahap awal pembuatan pilar laut adalah pemancangan pipa chasing dengan diameter 180 cm sepanjang 33 m dengan jumlah 36 pipa.  Untuk setiap pilar laut ditambah dua buah timepureri chasing. Pemancangan harus sampai ditanah keras atau bebatuan kemudian dibor dengan kedalaman 4 meter dan chasing diturunkan juga mencapai 4 m. Khusus trompai chasing diturunkan hingga 9 meter. Pengeboran dilanjutkan lagi hingga mencapai 14 m. Untuk pipa casing core pile disetiap sisi telah dipasang cluth dan disisi yang lain dipasang site conektor. Masing masing sebagai penyambung pipa yang jadi satu dengan pipa chasing lainnya.urutan pemancangan pipa casing cold pile dilakukan secara silang. Setelah pipa pipa inner pile tertanam semua kemudian dilakukan airlift. airlift berfungsi untuk membersihkan kotoran lumpur yang tidak diperlukan pada beton. Selesai airlift pipa grouting dimasukan dan dilanjutkan penulangan. Besi tulang dirangkai didarat dan dimasukan kedalam pipa chasing secara berurutan. Kini pile siap dilakukan pengecoran. Untuk menjamin mutu beton k350 tahan sulfat selama pengecoran dilakukan presure test; beton dicetak berbentuk kubus, bahannya diambil secara sampling dari tiap tiap 20m3 adonan beton kemudian dipasang label dan dikeringkan. Pengeringan selama 3 hari. Presure test dilakukan secara bertahap berdasarkan lama pengeringan; mulai 3 hari; 7 hari; 21 hari sampai 28 hari sampai bisa dipastikan semakin lama semakin keras.
Pengecoran bore pile dilakukan dengan sistem tremie yaitu pipa tramie yang dalamnya sudah diisi pipa pelampung dimasukan kedalam –pipa casing sampai kedasar pengeboran pelampung berfungsi sebagai penyikat beton dan air yang ada didalam pipa tremie saat beton dipompakan kedalam pipa trani pelampung akan pecah atau naik ke permukaan air. Untuk mendapatkan beton yang bermutu treni harus ada dipermukaan beton, tidak diijinkan diatas permukaan beton atau terlalu kedalam. Begitu seterusnya hingga permukaan beton mencapai permukaan kerja. Saat lantai kerja dilepas beton yang jelek kan tumpah kelaut sehingga didapatkan permukaan beton yang bermutu k 350. Setelah beton berumur 24 jam kemudian dilakukan grouting yaitu memasukan mortat proud untuk mengisi rongga rongga. Grouting ini dilakukan guna mendapatkan hasil beton yang bagus dan tidak berongga.
Caranya sebagai berikut :
Adukan mortat groud dimasukan kedalam ujung pipa galvanis dengan tekanan 6 bar sampai seluruh pipa galvanis terisi penuh. Hal ini ditandai dengan keluarnya adukan mortat proud dari ujung pipa yang lain. Kemudian ujung pipa ditutupdan tekanan dinaikan menjadi 75 bar.
Karena tekanan tinggi karet pembungkjus lubang pipa dibawah membuka atau pecah sehingga adukan mortal keluar  dan menyebar mengisi rongga rongga. Begitu seterusnya pelaksanaan base grouting sampai rongga rongga terisi semua.  Dalam satu bore pile dipasangan 3 buah instalasi pipa  grouting sehingga dijamin bore pile ini benar benar bagus dan tidak berongga. Grouting dilakukan juga pada cluth. Prinsip kerjanya sama. Hanya pada cluth dipasang geotextil dab didalamnya dimasukan dua buah besi tulangan berdiameter 19 mm  sepanjang cluth. Adukan mortat proud dimasukan kedalam geotextil degan tekanan 40 bar sampai rongga rongga bar terisi penuh.
b.     Core Pile




      Prinsip kerja dari galian core sama sama dengan pekerjaan airlift hanya pada pekerjaan ini ujung pipa drill diruncingkan dan dijatuhkan berulang ulang. Tujuannya untuk menggemburkan tanah keras didalam cole. Material tanah dikeluarkan bersamaan dengan keluarnya air yang disemburkan kompresor. Begitu seterusnya sampai mencapai elevasi tanah yang nilai SPTnya  50 atau 8 titik. Selesai penggalian cole dilanjutkan denganpenggalian  penulangan cold dan airlift. Semuanya dipersiapkan untuk pengecoran coee agar mendapatkan beton yang benar benar bagus. Beton core memakai kualitas mutu beton k350 dengan slum 18 – 20 cm.  Adonan beton k350 dicampur adiktif sikkaform 7 % yang berfungsi untuk menahan garam laut plus exisator desi 0,5 % yang berfungsi untuk memperlambat 12 jam pengerasan beton. Volume pengecoran cole mencapai 1200 m3 untuk itu dibagi menjadi 4 tahap dan diperlukan 2 buah Batching, dua buah concrete pump dan 4 buah pipa tremie. Setiap tahapan pengecoran mencapai tinggi 8 meter  3 kali dan tahap akhir 4 meter 1 kali. Pada akhir pengecoran core, beton paling atas yang bercampur lumpur dibuang sampai permukaan beton yang bagus. Setelah pengecoran core  mencapai elevasi 2,3 meter kemudian dilakukan perawatan caranya permukaan beton ditutup styroform setebal 12 cm tujuan untuk menghambat penguapan dan menghindari terjadinya retak rambut.
      Dalam pelaksanaan pengecoran core ini setiap tahapan selalu diawasi dan diperiksa spesifikasinya karena diterapkan sistem kendali mutu disetiap proses kerja 
c.    Out Core Pile



 Selesai perawatan core dilanjutkan dengan pemancangan out core pile. Cara pemancangan sama dengan pada pemancangan iner core pile. Urutan pemancangan disesuaikan dengan kuatnya arus air laut. Outor pile 1 – 6  diselesaikan dalam satu sesi. Out core pile ke 7 - 12 dalam sesi yang lain sedangkan autor pile 13 &14 dipasangkan pada centra garis core. Kemudian out core dirangkai dengan cure pile memakai besi laberzing dan besi siku. Selesai dilakukan perawatan beton cole dilanjutkan dengan proses pembuatan pile cape.
2.     Konstruksi Pile Cape
     Pile cape ini labuat dengan memasangkan beton pracetak yang dilingkarkan disekeliling out core pile. Out core pile yang telah sama dikaitkan dengan core pile ini pada dinding-dindingnya dipasang bracket bracket sebagai penopang beton pracetak. Pengelasan bracket ini ditentukan dengan bentuk, ukuran dan ketinggian yang sama kemudian dipasangkan beton cetak. Beton cetak ini berfungsi sebagai begisting pile cape. Untuk samping dinding dindingnya juga yang diterapkan beton cetak yang juga berfungsi  sebagai begisting.







 Untuk pembesian dilakukan secara silang menerapkan besi beton berdiameter 1 inchi dengan sistem kolom berjarak 20 cm. Dalam pembesian atau penulangan ini sangat menghindari sambungan. Sistem pengecoran dengan cara silang dan menerapkan beton berkualitas k 350. Beton dari batching pump di pompakan dari concrete pump melalui selang diarahkan sesuai dengan volume pertahap pengecoran. Begitu seterusnya sampai tahap pertama satu sudut selesai. Untuk satu pile cape pengecoran dilakukan secara bertahap dan dibagi menjadi 4 tahap.

3.   Konstruksi Pilar


     Konstruksi pilar ada du kolom, dalam satu kolom ada 2 pile cape yang selanjutnya menjadi titik tumpu beban gelagar. Hammer head ini dibuat berongga dan dapat dimanfaatkan sebagai jalan kerja peralatan maupun tenaga. Hummer head ini selain sebagai penopang beban gelagar juga sebagai bagian dari gelagar. Gelagar yang akan dibuat diawali dari hammer head dan sebahu dengan hummer head.
 
4.   Konstruksi Gelagar
     Sebelum melaksanakan pembuatan gelagar terlebih dahulu mengadakan penelitian untuk menentukan sistem begisting.pada gelagar jembatan ini menerapkan sistem begisting traveler form work. Kelebihan dari sistem begisting ini dapat dibongkar pasang ditempat dan dapat dipakai berulang kali. Sebelum instal traveler diatas hummer head terlebih dahulu dipersiapkan lubang lubang angkur traveler. Khusus untuk hummer head lubang lubang angkur dipersiapkan sesuai tahapan pengecoran box girder, maka lubang angkur dudukan rel ekstra harus tertanam pada beton.


      Lubang angkur dibuat dengan  pipa pvc yang diletakan sesuai dengan koordinat sesuai dengan koordinat yang telah ditentukan. Lubang-lubang angkur dipersiapkan untuk lubang dudukan angker, lubang angker  rell dan lubang lubang penggantung form work. Pada form work ini begisting dibagi menjadi tiga bagian yaitu : begisting penggantung top slab, pegisitng penggantung button slab dan begisting penggantung sayap atau dinding box girder. Instal traver diatas hummer head dilakukan dari ponton dengan crane berkapasitas 80 ton, pada saat instal posisi ponton harus searah dengan arus air laut. Untuk traveler 1 dipasangkan pada salah satu ekstra hummer head setelah selesai diteruskan dengan traveler 2 sampai ke 8 traveler terpasang. Sistem instal dilakukan bermodul sesuai dengan urutannya yaitu instal rell, intal plat dan instal balok dudukan, instal penumpu roller scape. Intal modul utama. Onstal modul belakang, instal modul depan dan istal modul penghubung. Selesai instal traveler form dilanjutkan dengan pemasangan begisting box girder kemudian dilakukan penulangan dan pengecoran untuk segmen pertama gelagar. Untuk memindahkan traveler ke segmen selanjutnya dilakukan secara bertahap dan harus berurutan yaitu dengan langkah pertama  rel didorong  ke beton segmen didepannya sehingga permukaan segaris dengan pemukaan beton setelah itu angkur rel dipasang , angkur bar yang menghubungkan modul rel ke beton dilepas  sehingga roda belakang menyentuh balok rel yang berfungsi sebagai angkur dan tumpuan rel. Jackk hidrolik  diturunkan dengan cara mengendorkan lognatnya roller scape menyentuh permukaan rel. Setelah memasang angkur rel dan telah dipastikan sekencang mungkin maka traveler siap untuk digerakan. Penggerak traveler memangkai jack scope panjang. Selama pergerakan ini jack memakai tumpuan plat penghubung rell. Titik titip berhenti traveler adalah setiap 50 cm.
     Untuk satu segmen dilakukan pergerakan 6 kali, namun sebelum batas depan segmen terakhir pada jarak rell diberikan stivener yang berfungsi sebagai pengkaku permukaan. Setelah traveler posisi akhir pergerakan kemudian traveler diangkat dengan jack hidrolik sehingga roller scape menggantung dari rel kemudian modul utama kiri dan kanan dilevel dan lognate dikencangkan. Pemasangan angkur traveler setelah roda modul  utama diturunkan, kini traveler siap untuk dibebani. Dalam menggerakkan traveler ini selalu menggunakan jack hidrolik sebagai pendorongnya. Pada akhir pergerakan leveling modul kanan dan kiri sangat menentukan ketinggian akan gelagar selanjutnya.untuk itu spesifikasi teknis harus selalu diikuti. Demikianlah proses maju setapak demi setapak akhirnya membentik jembatan yang kokoh. Dengan selesainya pengecoran bagian closer baik pada bagian tengan maupun tepi secara struktur selesai pula pekerjaan konstruksi jembatan  yang kemudian diteruskan dengan pekerjaan finishing yang meliputi pekerjaan median., trotoar, ,relling jembatan, tiang listrik dan saluran drainasi (Andy Pio Monthero).

Tidak ada komentar: