Pages

Senin, 14 Oktober 2013

BAHASA SEBAGAI SARANA BERPIKIR ILMIAH



BAHASA SEBAGAI SARANA BERPIKIR ILMIAH

   
            Manusia dalam proses berpikir, berkomunikasi dan mendokumentasikan jalan pikiran untuk mengembangkan pengetahuan ilmiah, tidak terlepas dari alat yang disebut SARANA ILMIAH. Ada empat sarana ilmiah yang mempunyai peranan sangat mendasar bagi manusia yaitu Bahasa, Matematika, Statistika dan Logika.
            Sarana ilmiah merupakan ilmu yang merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah, seperti menggunakan pola berfikir induktif (metode pemikiran yg bertolak dari hal/peristiwa khusus untuk menentukan hal yg umum) dan deduktif (metode pemikiran yg bertolak dari hal/peristiwa khusus untuk menentukan hal yg umum) dalam mendapatkan pengetahuan. Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah agar dapat melakukan penelaahan ilmiah secara baik. Apabila hal tersebut dikaitkan dengan berfikir ilmiah, sarana ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang pengetahuan untuk mengembangkan materi pengetahuan berdasarkan metode ilmiah. Sarana berfikir ini juga mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuan.
            Dalam proses berpikir ilmiah tersebut, diperlukan alat komunikasi verbal sebagai alat berfikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran pada orang lain, baik pikiran yang berlandaskan logika induktif maupun deduktif . Alat yang dimaksud adalah bahasa. Tanpa mempunyai kemampuan berbahasa, seseorang tidak dapat melakukan kegiatan berfikir secara sistematis dan teratur dalam menggapai ilmu dan pengetahuan.
Menggunakan bahasa yang baik dalam berfikir belum tentu mendapatkan kesimpulan yang benar apalagi dengan bahasa yang tidak baik dan benar. Premis yang salah akan menghasilkan kesimpulan yang salah juga. Ketika bahasa disifatkan dengan ilmiah, fungsinya untuk komunikasi disifatkan dengan ilmiah juga, yakni komunikasi ilmiah. Komunikasi ilmiah ini merupakan proses penyampaian informasi berupa pengetahuan. Sifat bahasa ilmiah  adalah terbebas dari unsur emotif dan bersifat reproduktif, artinya jika si pengirim komunikasi menyampaikan suatu informasi berupa “X” misalnya, si pendengar juga harus menerima “X” juga. Hal ini dimaksudkan untuk tidak terjadi kesalahan informasi, di mana suatu informasi berbeda maka proses berfikirnya juga akan berbeda.
           
    Hubungan antara Sarana Ilmiah Bahasa, Logika, Matematika dan Statistika
            Empat sarana ilmiah ini saling berhubungan erat satu sama lainnya, memiliki peranan yang mendasar dalam rangka berpikir induktif untuk mengembangkan pengetahuan ilmiah dan tidak dapat terlepas satu sama lainnya dalam berbagai aspek kehidupan ilmiah manusia, yaitu:  Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain dengan penalaran ilmiah yang berdasar pada  proses logika deduktif dan logika induktif. Matematika sebagai bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari serangkaian pernyataan yang ingin kita sampaikan. Fungsi matematika hampir sama luasnya dengan fungsi bahasa yang berhubungan dengan pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Matematika merupakan ilmu deduktif yang memiliki kontribusi dalam perkembangan ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial. Statistik mengandung arti kumpulan data yang berbentuk angka angka (data kuantitatif). Penelitian untuk mencari ilmu (penelitian ilmiah), baik berupa survei atau eksperimen, dilakukan lebih cermat dan teliti dengan menggunakan teknik-teknik statistik yang mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif.. Logika merupakan sarana berpikir sistematis, valid, cepat, dan tepat serta dapat dipertanggungjawabkan.
 
   Pengertian Bahasa
Ada beberapa pengertian bahasa seperti yang diutarakan oleh:
1.     Ernest Cassirer,  (Jujun dan Amsal Bachtiar), bahwa keunikan manusia bukanlah terletak pada kemampuannya berfikir melainkan terletak pada kemampuannya berbahasa. Oleh karena itu, Ernest menyebut manusia sebagai Animal Symbolycum, yaitu makhluk yang mempergunakan simbol. Secara generik istilah ini mempunyai cakupan yang lebih luas dari istilah homo sapiens, sebab dalam kegiatan berfikir manusia mempergunakan symbol
2. Wittgenstein yang menyatakan: “batas bahasaku adalah batas duniaku yaitu dengan kemampuan kebahasaan akan terbentang luas cakrawala berfikir seseorang dan tiada batas dunia baginya
3.   Bloch and Trager mengatakan, sebagaimana yang dikutip oleh Amsal Bachtiar, bahwa “a language is a system of arbitrary vocal symbols by means of which a social group cooperates” (bahasa adalah suatu system simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi)
4.  Joseph Broam mengatakan sebagaimana yang dikutip oleh Amsal Bachtiar, bahwa a language is a structured system of arbitrary vocal symbols by means of which members of social group interact (Bahasa adalah suatu system yang berstruktur dari simbol-simbol bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota sesuatu kelompok social sebagai alat bergaul satu sama lain)

Dari Dari kutipan pengertian di atas dapat disimpulkan Bahasa adalah suatu sistem dari simbul atau lambang bunyi arbitrer (bermakna) yang dihasilkan oleh alat ucap/ ujaran  manusia dan dipakai oleh masyarakat dan atau oleh para anggota suatu kelompok social untuk melakukan komunikasi yaitu menyampaikan pikiran, perasaan dan emosi kepada orang lain/ alat bergaul satu sama lain, melakukan kerja sama dan untuk identifikasi diri.

   Unsur Bahasa
Batasan-batasan pengertian di atas memerlukan sedikit penjelasan agar tidak terjadi salah paham. Oleh karena itu, perlu diteliti setiap unsur yang terdapat di dalamnya, yaitu:
1. Simbol-simbol
                 Simbol-simbol berarti things stand for other things atau sesuatu yang menyatakan sesuatu yang lain. Hubungan antara simbol dan “sesuatu” yang dilambangkannya itu tidak merupakan sesuatu yang terjadi dengan sendirinya atau sesuatu yang bersifat alamiah, mengandung makna bahwa ucapan si pembicara dihubungkan secara simbolis dengan objek-objek ataupun kejadian dalam dunia praktis.
2.  Simbol-simbol Vokal
                 Simbol-simbol yang membangun ujaran manusia yaitu bunyi-bunyi yang urutan-urutan bunyinya dihasilkan dari kerja sama berbagai organ atau alat tubuh dengan system pernapasan. Untuk memenuhi maksudnya, bunyi-bunyi tersebut haruslah didengar oleh orang lain dan harus diartikulasikan sedemikian rupa untuk memudahkan si pendengar untuk merasakannya secara jelas dan berbeda dari lainnya.
3.  Simbol-simbol  vokal arbitrer
Istilah arbitrer di sini bermakna “mana suka” dan tidak perlu ada hubungan yang valid secara filosofis antara ucapan lisan dan arti yang dikandungnya. Hal ini akan lebih jelas bagi orang yang mengetahui lebih dari satu bahasa. Misalnya, untuk mengatakan jenis binatang yang disebut Equus Caballus, orang Inggris menyebutnya horse, orang Perancis chevel, orang Indonesia kuda, dan orang Arab hison. Semua kata ini sama tepatnya, sama arbitrernya. Semuanya adalah konvensi social yakni sejenis persetujuan yang tidak diucapkan atau kesepakatan secara diam-diam antara sesama anggota masyarakat yang memberi setiap kata makna tertentu.
4.      Suatu system yang berstruktur dari simbol-simbol yang arbitrer.
Walaupun hubungan antara bunyi dan arti ternyata bebas dari setiap suara hati nurani, logika atau psikologi, namun kerja sama antara  bunyi-bunyi itu sendiri, di dalam bahasa tertentu, ditandai oleh sejumlah konsistensi, ketetapan intern. Misalnya saja, setiap bahasa beroperasi dengan sejumlah bunyi dasar yang terbatas (dan ciri-ciri fonetik lainnya seperti tekanan kata dan intonasi).
5.   Yang dipergunakan oleh para anggota sesuatu kelompok sosial  sebagai alat bergaul satu sama lain.
Bagian ini menyatakan hubungan antara bahasa  dan masyarakat. Para ahli social menaruh perhatian pada tingkah laku manusia, sejauh tingkah laku tersebut mempengaruhi atau dipengaruhi manusia lainnya. Mereka memandang tingkah laku social sebagai tindakan atau aksi yang ditujukan terhadap yang lainnya.

   Fungsi  Bahasa
1.      Fungsi komunikatif (sebagai sarana komunikasi antar manusia)
Sebagai alat komunikasi pada pokoknya bahasa mencakup tiga unsur yakni, pertama, bahasa selaku alat komunikasi untuk menyampaikan pesan yang berkonotasi perasaan (emotif), kedua, berkonotasi sikap (afektif) dan, ketiga, berkonotasi pikiran (penalaran). Atau secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi komunikasi bahasa dapat diperinci lebih lanjut menjadi fungsi emotif, afektif, dan penalaran.
Perkembangan bahasa pada dasarnya adalah pertumbuhan ketiga fungsi komunikatif tersebut agar mampu mencerminkan perasaan, sikap dan pikiran suatu kelompok masyarakat yang mempergunakan bahasa tersebut. Kalau kita ambil sebagai contoh dua unsur dari kebudayaan  suatu bangsa umpamnya seni dan ilmu, maka secara teoritis dapat dikatakan, bahwa kemajuan di bidang seni terkait dengan perkembangan bahasa dalam fungsi emotif dan afektif, sedangkan di bidang keilmuan terkait dengan perkembangan bahasa dalam fungsi penalaran. Tentu saja pembagian ini tidaklah bersifat kategoris yang mutlak, melainkan lebih bersifat pengkotakan yang bersifat gradasi yaitu seni juga dipengaruhi fungsi penalaran bahasa, dan sebaliknya, ilmu akan menjadi steril tanpa diperkaya perkembangan fungsi emotif dan afektif dari bahasa.
 2. Fungsi kohesif atau integrative (sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa tersebut)

   Hubungan antara Sarana Ilmiah Bahasa dengan Filsafat Ilmu
Sifat Ilmu yang bersifat intersubyektif menimbulkan harapan akan adanya istilah yang dirumuskan sejelas mungkin, yang dapat diterima secara umum dengan saling mengetahui apa yang dimaksudkan oleh orang lain. Dugaan-dugaan yang dipunyai oleh A hendaknya dapat dikaji oleh B. Dan hasil kajian tersebut, hendaknya dapat dievaluasi baik oleh C maupun oleh A dan B. Cara yang paling tepat untuk menetapkan pemakaian suatu istilah ialah dengan menggunakan definisi eksplisit. Dalam definisi seperti ini ditetapkan suatu istilah atau suatu gabungan istilah dipakai dalam makna tertentu.
Dalam filsafat keilmuan, memikirkan sesuatu membuat manusia berpikir terus menerus dan teratur, mengkomunikasikan apa yang sedang dia pikirkan. Komunikasi ilmiah memberi informasi pengetahuan berbahasa dengan jelas bahwa makna yang
terkandung dalam kata-kata yang digunakan dan diungkapkan secara tersusun (eksplisit) untuk mencegah pemberian makna yang lain. Sedangkan untuk Karya ilmiah: tata bahasa, merupakan alat dalam mempergunakan aspek logis dan kreatif dari pikiran untuk mengungkapkan arti dan emosi dengan mempergunakan aturan-aturan tertentu.

   Kesimpulan
Perkembangan bahasa tentu saja tidak dapat dilepaskan dari sektor sektor lain yang juga tumbuh dan berkembang. Adanya  upaya untuk lebih memasyarakatkan ilmu di kalangan masyarakat luas dan kaum muda menimbulkan kesenjangan karena kalangan ilmuwan “asyik sendiri” membentuk terminologi ilmiah yang tepat, cermat dan eksak dilihat dari kaca mata fungsi penalaran bahasa; tanpa memperdulikan apakah kata-kata baru mampu berkomunikasi dengan kalangan non-keilmuan sehingga menjadi  asing bagi dunia di luar bidang keilmuan.
Dengan terjadinya hal-hal di atas, yang sekarang harus dipertahankan adalah dengan mengacu kepada kecenderungan umum ke arah usaha menciptakan khasanah kata-kata yang cermat, dapat diandalkan, dan bermakna-tunggal.

   Daftar Pustaka
Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu,  Jakarta: PT. Rajagrafindo, Persada, 2007
Suriasumantri, Jujun S., Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, cet. XIII, Jakarta: Sinar Harapan, 1984.



Tidak ada komentar: