BAHASA SEBAGAI
SARANA BERPIKIR ILMIAH
Manusia
dalam proses berpikir, berkomunikasi dan mendokumentasikan jalan pikiran untuk
mengembangkan pengetahuan ilmiah, tidak terlepas dari alat yang disebut SARANA
ILMIAH. Ada empat sarana ilmiah yang mempunyai peranan sangat mendasar bagi
manusia yaitu Bahasa, Matematika, Statistika
dan Logika.
Sarana
ilmiah merupakan ilmu yang merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan
berdasarkan metode ilmiah, seperti menggunakan pola berfikir induktif (metode
pemikiran yg bertolak dari hal/peristiwa khusus untuk menentukan hal yg umum) dan
deduktif (metode pemikiran yg bertolak dari hal/peristiwa khusus untuk
menentukan hal yg umum) dalam mendapatkan pengetahuan. Tujuan mempelajari
sarana ilmiah adalah agar dapat melakukan penelaahan ilmiah secara baik. Apabila hal tersebut dikaitkan dengan berfikir
ilmiah, sarana ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang pengetahuan untuk
mengembangkan materi pengetahuan berdasarkan metode ilmiah. Sarana berfikir ini
juga mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam
mendapatkan pengetahuan.
Dalam
proses berpikir ilmiah tersebut, diperlukan alat komunikasi verbal sebagai alat
berfikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran pada orang lain,
baik pikiran yang berlandaskan logika induktif maupun deduktif . Alat yang
dimaksud adalah bahasa. Tanpa mempunyai kemampuan berbahasa, seseorang tidak
dapat melakukan kegiatan berfikir secara sistematis dan teratur dalam menggapai
ilmu dan pengetahuan.
Menggunakan bahasa yang baik dalam berfikir belum
tentu mendapatkan kesimpulan yang benar apalagi dengan bahasa yang tidak baik
dan benar. Premis yang salah akan menghasilkan kesimpulan yang salah juga.
Ketika bahasa disifatkan dengan ilmiah, fungsinya untuk komunikasi disifatkan
dengan ilmiah juga, yakni komunikasi ilmiah. Komunikasi ilmiah ini merupakan
proses penyampaian informasi berupa pengetahuan. Sifat bahasa ilmiah adalah terbebas dari unsur emotif dan bersifat
reproduktif, artinya jika si pengirim komunikasi menyampaikan suatu informasi
berupa “X” misalnya, si pendengar juga harus menerima “X” juga. Hal ini
dimaksudkan untuk tidak terjadi kesalahan informasi, di mana suatu informasi
berbeda maka proses berfikirnya juga akan berbeda.
Hubungan
antara Sarana Ilmiah Bahasa, Logika, Matematika dan Statistika
Empat
sarana ilmiah ini saling berhubungan erat satu sama lainnya, memiliki peranan
yang mendasar dalam rangka berpikir induktif untuk mengembangkan pengetahuan
ilmiah dan tidak dapat terlepas satu sama lainnya dalam berbagai aspek
kehidupan ilmiah manusia, yaitu: Bahasa
merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir
ilmiah untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain dengan
penalaran ilmiah yang berdasar pada proses logika deduktif dan logika induktif. Matematika
sebagai bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari serangkaian pernyataan
yang ingin kita sampaikan. Fungsi matematika hampir sama luasnya dengan fungsi
bahasa yang berhubungan dengan pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Matematika
merupakan ilmu deduktif yang memiliki kontribusi dalam perkembangan ilmu alam
maupun ilmu-ilmu sosial. Statistik mengandung arti kumpulan data yang berbentuk
angka angka (data kuantitatif). Penelitian untuk mencari ilmu (penelitian
ilmiah), baik berupa survei atau eksperimen, dilakukan lebih cermat dan teliti
dengan menggunakan teknik-teknik statistik yang mempunyai peranan penting dalam
berpikir induktif.. Logika merupakan sarana berpikir sistematis, valid, cepat,
dan tepat serta dapat dipertanggungjawabkan.
Pengertian
Bahasa
Ada
beberapa pengertian bahasa seperti yang diutarakan oleh:
1. Ernest
Cassirer,
(Jujun dan Amsal Bachtiar), bahwa keunikan manusia bukanlah terletak
pada kemampuannya berfikir melainkan terletak pada kemampuannya berbahasa. Oleh
karena itu, Ernest menyebut manusia sebagai Animal Symbolycum, yaitu
makhluk yang mempergunakan simbol. Secara generik istilah ini mempunyai cakupan
yang lebih luas dari istilah homo sapiens, sebab dalam kegiatan berfikir
manusia mempergunakan symbol
2. Wittgenstein
yang menyatakan: “batas bahasaku adalah batas duniaku yaitu dengan kemampuan
kebahasaan akan terbentang luas cakrawala berfikir seseorang dan tiada batas
dunia baginya
3. Bloch and Trager
mengatakan, sebagaimana yang dikutip oleh Amsal Bachtiar, bahwa “a language
is a system of arbitrary vocal symbols by means of which a social group
cooperates” (bahasa adalah suatu system simbol-simbol bunyi yang arbitrer
yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi)
4. Joseph Broam
mengatakan sebagaimana yang dikutip oleh Amsal Bachtiar, bahwa a language is
a structured system of arbitrary vocal symbols by means of which members of
social group interact (Bahasa adalah suatu system yang berstruktur dari
simbol-simbol bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota sesuatu
kelompok social sebagai alat bergaul satu sama lain)
Dari Dari kutipan pengertian di atas dapat disimpulkan Bahasa
adalah suatu sistem dari simbul atau lambang bunyi arbitrer (bermakna) yang
dihasilkan oleh alat ucap/ ujaran manusia dan dipakai oleh masyarakat dan atau
oleh para anggota suatu kelompok social untuk melakukan komunikasi yaitu menyampaikan
pikiran, perasaan dan emosi kepada orang lain/ alat bergaul satu sama lain, melakukan
kerja sama dan untuk identifikasi diri.
Unsur
Bahasa
Batasan-batasan pengertian di atas memerlukan
sedikit penjelasan agar tidak terjadi salah paham. Oleh karena itu, perlu
diteliti setiap unsur yang terdapat di dalamnya, yaitu:
1. Simbol-simbol
Simbol-simbol
berarti things stand for other things atau sesuatu yang menyatakan
sesuatu yang lain. Hubungan antara simbol dan “sesuatu” yang dilambangkannya itu
tidak merupakan sesuatu yang terjadi dengan sendirinya atau sesuatu yang
bersifat alamiah, mengandung makna bahwa ucapan si pembicara dihubungkan secara
simbolis dengan objek-objek ataupun kejadian dalam dunia praktis.
2. Simbol-simbol Vokal
Simbol-simbol
yang membangun ujaran manusia yaitu bunyi-bunyi yang urutan-urutan bunyinya
dihasilkan dari kerja sama berbagai organ atau alat tubuh dengan system
pernapasan. Untuk memenuhi maksudnya, bunyi-bunyi tersebut haruslah didengar
oleh orang lain dan harus diartikulasikan sedemikian rupa untuk memudahkan si
pendengar untuk merasakannya secara jelas dan berbeda dari lainnya.
3. Simbol-simbol
vokal arbitrer
Istilah
arbitrer di sini bermakna “mana suka” dan tidak perlu ada hubungan yang valid
secara filosofis antara ucapan lisan dan arti yang dikandungnya. Hal ini akan
lebih jelas bagi orang yang mengetahui lebih dari satu bahasa. Misalnya, untuk
mengatakan jenis binatang yang disebut Equus Caballus, orang Inggris
menyebutnya horse, orang Perancis chevel, orang Indonesia kuda,
dan orang Arab hison. Semua kata ini sama tepatnya, sama arbitrernya.
Semuanya adalah konvensi social yakni sejenis persetujuan yang tidak diucapkan
atau kesepakatan secara diam-diam antara sesama anggota masyarakat yang memberi
setiap kata makna tertentu.
4. Suatu system yang
berstruktur dari simbol-simbol yang arbitrer.
Walaupun
hubungan antara bunyi dan arti ternyata bebas dari setiap suara hati nurani,
logika atau psikologi, namun kerja sama antara
bunyi-bunyi itu sendiri, di dalam bahasa tertentu, ditandai oleh
sejumlah konsistensi, ketetapan intern. Misalnya saja, setiap bahasa beroperasi
dengan sejumlah bunyi dasar yang terbatas (dan ciri-ciri fonetik lainnya
seperti tekanan kata dan intonasi).
5. Yang
dipergunakan oleh para anggota sesuatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain.
Bagian ini menyatakan hubungan antara bahasa dan masyarakat. Para ahli social menaruh
perhatian pada tingkah laku manusia, sejauh tingkah laku tersebut mempengaruhi
atau dipengaruhi manusia lainnya. Mereka memandang tingkah laku social sebagai
tindakan atau aksi yang ditujukan terhadap yang lainnya.
Fungsi
Bahasa
1. Fungsi
komunikatif (sebagai sarana komunikasi antar manusia)
Sebagai alat komunikasi
pada pokoknya bahasa mencakup tiga unsur yakni, pertama, bahasa selaku alat
komunikasi untuk menyampaikan pesan yang berkonotasi perasaan (emotif), kedua,
berkonotasi sikap (afektif) dan, ketiga, berkonotasi pikiran (penalaran). Atau
secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi komunikasi bahasa dapat diperinci
lebih lanjut menjadi fungsi emotif, afektif, dan penalaran.
Perkembangan bahasa pada dasarnya adalah pertumbuhan
ketiga fungsi komunikatif tersebut agar mampu mencerminkan perasaan, sikap dan
pikiran suatu kelompok masyarakat yang mempergunakan bahasa tersebut. Kalau
kita ambil sebagai contoh dua unsur dari kebudayaan suatu bangsa umpamnya seni dan ilmu, maka
secara teoritis dapat dikatakan, bahwa kemajuan di bidang seni terkait dengan
perkembangan bahasa dalam fungsi emotif dan afektif, sedangkan di bidang
keilmuan terkait dengan perkembangan bahasa dalam fungsi penalaran. Tentu saja
pembagian ini tidaklah bersifat kategoris yang mutlak, melainkan lebih bersifat
pengkotakan yang bersifat gradasi yaitu seni juga dipengaruhi fungsi penalaran
bahasa, dan sebaliknya, ilmu akan menjadi steril tanpa diperkaya perkembangan
fungsi emotif dan afektif dari bahasa.
2. Fungsi
kohesif atau integrative (sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok
manusia yang mempergunakan bahasa tersebut)
Hubungan
antara Sarana Ilmiah Bahasa dengan Filsafat Ilmu
Sifat
Ilmu yang bersifat intersubyektif menimbulkan harapan akan adanya istilah yang
dirumuskan sejelas mungkin, yang dapat diterima secara umum dengan saling
mengetahui apa yang dimaksudkan oleh orang lain. Dugaan-dugaan yang dipunyai
oleh A hendaknya dapat dikaji oleh B. Dan hasil kajian tersebut, hendaknya
dapat dievaluasi baik oleh C maupun oleh A dan B. Cara yang paling tepat untuk
menetapkan pemakaian suatu istilah ialah dengan menggunakan definisi eksplisit.
Dalam definisi seperti ini ditetapkan suatu istilah atau suatu gabungan istilah
dipakai dalam makna tertentu.
Dalam filsafat keilmuan, memikirkan
sesuatu membuat manusia berpikir terus menerus dan teratur, mengkomunikasikan
apa yang sedang dia pikirkan. Komunikasi ilmiah memberi informasi pengetahuan
berbahasa dengan jelas bahwa makna yang
terkandung dalam kata-kata yang digunakan dan diungkapkan secara tersusun (eksplisit) untuk mencegah pemberian makna yang lain. Sedangkan untuk Karya ilmiah: tata bahasa, merupakan alat dalam mempergunakan aspek logis dan kreatif dari pikiran untuk mengungkapkan arti dan emosi dengan mempergunakan aturan-aturan tertentu.
terkandung dalam kata-kata yang digunakan dan diungkapkan secara tersusun (eksplisit) untuk mencegah pemberian makna yang lain. Sedangkan untuk Karya ilmiah: tata bahasa, merupakan alat dalam mempergunakan aspek logis dan kreatif dari pikiran untuk mengungkapkan arti dan emosi dengan mempergunakan aturan-aturan tertentu.
Kesimpulan
Perkembangan
bahasa tentu saja tidak dapat dilepaskan dari sektor sektor lain yang juga
tumbuh dan berkembang. Adanya upaya
untuk lebih memasyarakatkan ilmu di kalangan masyarakat luas dan kaum muda menimbulkan
kesenjangan karena kalangan ilmuwan “asyik sendiri” membentuk terminologi
ilmiah yang tepat, cermat dan eksak dilihat dari kaca mata fungsi penalaran
bahasa; tanpa memperdulikan apakah kata-kata baru mampu berkomunikasi dengan
kalangan non-keilmuan sehingga menjadi asing bagi dunia di luar bidang keilmuan.
Dengan terjadinya hal-hal di atas, yang
sekarang harus dipertahankan adalah dengan mengacu kepada kecenderungan umum ke
arah usaha menciptakan khasanah kata-kata yang cermat, dapat diandalkan, dan
bermakna-tunggal.
Daftar
Pustaka
Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT. Rajagrafindo, Persada, 2007
Suriasumantri, Jujun S., Filsafat
Ilmu Sebuah Pengantar Populer, cet. XIII, Jakarta: Sinar Harapan, 1984.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar