Apakah ada Konspirasi Da Vinci?
Da Vinci Code tidak
bisa dikesampingkan hanya sebagai rancangan fiksi belaka., Premisnya
adalah Yesus Kristus telah dibentuk (direkayasa) kembali untuk
kepentingan politik, telah menyerang lansung pondasi utama KeKristenan. Pengarangnya,
Dan Brown, didepan televisi nasional menyatakan kendati cerita itu
fiksi, dia percaya ceritanya mengenai identitas Yesus benar. Jadi apa itu kebenaran? Mari kita lihat.
• Apa Yesus secara rahasia menikah dengan Maria Magdalena?
• Apakah ke-Tuhan-an Yesus diciptakan oleh Konstantin dan gereja?
• Apakah catatan orsinil Yesus dihancurkan?
• Apakah penemuan terbaru manuskrip menceritakan kebenaran akan Yesus?
Apakah konspirasi maha besar itu bermuara pada rekayasa kembali (penciptaan kembali) Yesus? Menurut buku itu dan filmnya, The Da Vinci Code,
itulah yang terjadi. Beberapa bagian buku memperlihatkan bau konspirasi
mengenai Yeus. Contohnya, bukumenyebutkan,"Tidak seorangpun menyatakan
Kristus merupakan kebohongan, atau membantah Dia pernah berjalan di bumi
dan menginspirasi jugaan orang untuk hidup lebihbaik. Kita hanya
mengatakan Konstantin memanfaatkan substansi dari pengaruhdan pentingnya
Yesus itu. Dan dalam melakukannya, dia membentuk wajah KeKristenan yang
kita kenal sekarang ini". Apa mungkin pernyataan dari buku laris Dan
Brown ini benar? Atau premis dibelakangnya hanyalah bahan-bahan yang
bagus untuk novel konspirasi --- sama dengan kepercayaan bahwa pesawat
luar angkasa asing jatuh di Roswell, New Mexico, atau ada penembak kedua
di lapangan rumput di Dallas ketika JFK dibunuh. Apapun itu, cerita
memang menarik. Tidak heran buku Brown telah jadi salah satu buku paling
laku dalam satu dekade terakhir.
Konspirasi Yesus
The Da Vinci Code dimulai
dengan pembunuhan kurtor museum Perancis bernama Jacques Sauniere.
Seorang pakar dari Universitas Harvard dan perempuan cantik Perancis
ahli kritologi diminta mengartikan sebuah pesan yang ditinggalkan
kurator sebelum kematiannya. Pesan itu ternyata mengungkap konspirasi
besar dalam sejarah manusia: sebuah penipuan pesan sebenarnya tentang
Yesus Kristus oleh tangan rahasia gereja Katolik Roma disebut Opus Dei.
Sebelum kematiannya, sang kurator punya bukti yang akan menghapuskan
ke-Tuhan-an Kristus. Kendati (menurut cerita di buku) gereja selama
berabad-abad mencoba menghapus bukti-bukti, para pemikir dan seniman
besar telah menanam petunjuk dibanyak tempat: dalam lukusan seperti Mona Lisa dan Perjamuan Malam Terakhir oleh da Vinci, dalam arsitektur katedral-katedral, bahkan dalam kartun-kartun Disney. Klaim utama buku adalah:
• Kaisar Romawi Konstantin berkonspirasi untuk men-Tuhan-kan Yesus Kristus.
• Konstantin secara pribadi memilih buku-buku di dalam Perjanjian Baru.
• Injil Gnostik dilarang oleh para laki-laki untuk menindas perempuan .
• Yesus dan Maria Magdalena secara rahasia menikah dan punya anak.
• Ada ribuan dokumen yang bertentangan dengan poin-poin kunci KeKristenan.
Brown
mengungkapkan konspirasinya melalui seorang ahli, fiksi, sejarahwan
bangsawan Inggris, bernama Sir Leigh Teabing. Digambarkan sebagai
seorang pakar yan bijak dan tua, Teabing mengungkapkan kepada ahli
kriptologi Sophie Neveu bahwa pada sidang Dewan Nicaea tahun 325 “banyak
aspek dari KeKristenan diperdebatan dan diambil pemungutan suara (untuk
memutuskannya)," termasuk ke-Tuhan-an Yesus. “Sampai pada momen
historis," katanya, "Yesus dipandang oleh para pengikutnya sebagai nabi
fana .... seorang besar dan berkuasa, tapi tetap seorang manusiabiasa.”
Neveu
kaget sekali. “Bukan Putra ALLAH?" Tanyanya. Teabing menjelaskan,
”Penetapan Yesus sebagai 'Putra ALLAH' secara resmi diusulkan dan
dipilih oleh Dewan Nicaea." “Tunggu. Anda katakan Ke-Tuhan-an Yesus
adalah hasil pemungutan suara?" “Relatif menang tipis dalam pemungutan
suara," tukas Teabing yang sangat mengejutkan ahli kriptologi itu.[2]
Jadi menurut Teabing, Yesus belum dipandang sebagai ALLAH sampai Dewan
Nicaea bersidang tahun 325, ketika catatan sebenarnya tentang Yesus
dikatakan dilarang dan dihancurkan. Jadi, menurut teori itu, seluruh
dasar KeKristenan berdiri diatas kebohongan.
The Da Vinci Code telah
menjual ceritanya denga bagus,menarik komentar dari para pembaca
seperti "jika tidak benar maka tidak akan dipublikasikan!" Yang lain
menulis dia "tidak akan menginjakkan kakinya di gerja lagi." Seorang
pengulas buku memujinya karena "riset sempurna (meyakinkan)[3] Cukup
meyakinkan buat sebuah cerita fiksi. Mari kita sebentar menerima
pandangan Teabing yang mungkin benar. Kenapa, dalam kasus ini, Dewan
Nicaea memutuskan untuk mengangkat Yesus menjadi ALLAH? "Karena
kekuasaan," imbuh Teabing. "Kristus sebagai Mesias sangat penting supaya
Gereja dan negara bisa berfungsi. Banyak ahli mengklaim gereja
mula-mula secara harafiah mencuri Yesus dan para pengikut asli, membajak
pesan kemanusiaannya, menutupiNya dengan jubah Ke-Tuhan-an yang tidak
bisa ditembus, dan menggunakanNya untuk memperluas kekuasaan mereka
sendiri."[4] Dalam banyak cara, The Da Vinci Code adalah
konspirasi teori paling lengkap. Jika penuturan Brown benar, maka kita
telah dibohongi oleh -- gereja, oleh sejarah, dan oleh Kitab Suci.
Mungkin bahkan oleh mereka yang paling kita percayai: orangtua kita atau
guru-guru kita. Dan itu semua hanya untuk meraih kekuasaan. Meskipun
The Da Vinci Code merupakan cerita fiksi, sebagian besar premisnya
diambil dari kejadian nyata (Dewan Nicaea), orang-orang nyata
(Konstantin dan Arius), dan dokumen nyata (injil Gnostik). Jika kita
memasuki dasar dari konspirasi, proyek kita harus meneliti tuduhan Brown
dan memisahkan fakta dengan fiksi.
Konstantin Dan Kekristenan
Beberapa
ratus tahun sebelum Konstantin berkuasa di Kekaisaran Romawi, orang
Kristen mengalami penindasan berat. Tapi kemudian, ketika akan
melancarkan perang, Konstantin dilaporkan melihat salib terang di
angkasa dengan tulisan "Taklukkan dengan ini". Dia bertempur dengan
tanda salib dan mengambil alih kekuasaan kekaisaran. Pertobatan
Konstantin jadi Kristen terlihat jelas dalam sejarah gereja. Roma jadi
kekaisaran Kristen. Untuk pertama kalinya, selama hampir 300 tahun,
orang Kristen relatif aman dan bahkan merasa keren untuk jadi Kristen.
Orang Kristen tidak lagi ditindas karena iman mereka. Kemudian
Konstantin berusaha menyatukan Kekaisaran Barat dan Timur, yang terpecah
karena perbedaan keyakinan, sekte, dan golongan, sebagian besar
berpusat pada isu identitas Yesus Kristus. Ada bagian-bagian yang benar
dalam The Da Vinci Code,
dan bagian-bagian yang benar ini jadi prasyarat bagi sebuah kesuksesan
teori konspirasi apapun. Tapi cerita dalam buku membuat Konstantin jadi
tokoh konspirator. Jadi, mari dilihat pertanyaan kunci yang ditujukan
kepada teori Brown: apakah Konstantin menciptakan doktrin Kristen
tentang Ke-Tuhan-an Yesus?
Ke-Tuhan-An Yesus
Untuk
menjawab tuduhan Brown, kita pertama-tama harus menemukan apa yang
dipercaya orang Kristen secara umum sebelum Konstantin menyelenggarakan
sidang Nicaea. Orang Kristen telah memuja Yesus sebagai ALLAH sejak abad
pertama. Tapi pada abad ke empat, seorang pemimpin gereja dari timur,
Arius, melakukan kampanye untuk mempertahankan ke-esa-an ALLAH. Dia
mengajarkan Yesus merupakan ciptaan khusus, lebih tinggi dari malaikat,
tapi bukan ALLAH. Athanasius dan sebagian besar pemimpin gereja, dipihak
lain, yakin bahwa Yesus adalah ALLAH dalam daging. Konstantin ingin
menyelesaikan pertikaian ini, berharap membawa damai di kekaisarannya,
menyatukan timur dan barat yang terpecah. Jadi, tahun 325, dia
menyelenggarakan konvensi lebih dari 300 uskup di Nicaea (sekarang
bagian dari Turki) dari seluruh dunia Kristen. Pertanyaan penting
adalah, apakah gereja purba berpikir Yesus adalah Pencipta atay hanyalah
ciptaan --- Anak ALLAH atau anak seorang tukang kayu? Jadi,
apa yang ajarkan oleh para rasul tentang Yesus? Dari catatan paling
awal, mereka memandang Dia sebagai ALLAH. Sekitar 30 tahun setelah
kematian dan kebangkitan Yesus, Paulus menulis kepada orang Filipi bahwa
Yesus adalah ALLAH dalam bentuk manusia (Filipi 2:6-7). Dan Yohanes,
saksi mata yang dekat, mengkonfirmasikan Ke-Tuhan-an Yesus dengan
kalimat ini: Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan
ALLAH dan Firman itu adalah Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan
tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah
dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.
Firman itu telah menjadi manusia dan diam diantara kita. (Yohanes 1:
1-4, 14). Kalimat ini dari Johanes 1, ditemukan dalam manuskrip kuno dan
sudah dihitung dengan tehnik karbon berasal dari tahun 175 - 225. Jadi
Yesus dengan sangat jelas diberitakan sebagai Allah lebih dari seratus
tahun sebelum Konstantin menyelenggarakan konvensi Dewan Nicaea.
Sekarang kita melihat bukti forensik manuskrip bertentangan dengan klaim
The Da Vinci Code, yang menyatakan ke-Tuhan-an Yesus diciptakan pada
abad ke empat. Tapi
apa yang dikatakan sejarah kepada kita mengenai Dewan Nicaea? Brown
dalam bukunya, melalui Teabing, menyatakan mayoritas uskup di Nicaea
meniadakan kepercayaan Arius bahwa Yesus adalah nabi biasa (manusia
biasa) dan mengadopsi doktrin Ke-Tuhan-an Yesus dengan "hasil pemungutan
suara (menang) tipis". Benar atau salah? Dalam kenyataan hasil
pemungutan suara menang mutlak: hanya dua dari 318 uskup yang berbeda
pandangan. Arius percaya bahwa hanya Bapa yang Allah, dan Yesus hádala
ciptaan terutamaNya, dewan mengambil kesimpulan bahwa Yesus dan Bapa
satu hekekat ke-Allah-an. Bapa, Anak, dan Roh Kudus, berbeda, hadir
bersama-sama, berpribadi, tapi tetap Allah yang Esa. Doktrin Allah yang
Esa dalam tiga pribadi (Trinitas) dikenal dalam Pengakuan Iman Rasuli
Nicene dan jadi pusat utama keimanan Kristen. Sekarang, apakah benar
Arius itu mudah mempengaruhi orang lain dan punya pengaruh kuat. Hasil
pemungutan suara, yang menang mutlak, dilakukan setelah perdebatan
panjang. Tapi pada akhirnya dewan secara mayoritas besar menyatakan
Arius bidah (sesat), karena pengajarannya bertentangan dengan apa yang
diajarkan oleh para rasul tentang ke-Tuhan-an Yesus. Sejarah juga
mengkonfirmasi Yesus dimuka umum menerima pemujaan para muridnya. Dan,
seperti kita telah lihat, Paulus dan para rasul lain dengan jelas
mengajarkan Yesus adalah Allah dan pantas menerima pemujaan. Sejak hari
pertama gereja Kristen, Yesus dipandang lebih dari sekedar manusia
biasa, dan kebanyakan pengikutnya memuja dia sebagai Tuhan -- Pencipta
alam semesta. Jadi, bagaimana Konstantin menciptakan doktrin Ke-Tuhan-an
Yesus, jika gereja telah memandang Yesus sebagai Allah lebih dari 200
tahun? The Da Vinci Code tidak
membahas pertanyaan ini.
Menembak Kanon
The Da Vinci Code juga
menyebutkan Konstantin menghancurkan semua dokumen mengenai Yesus
selain yang ditemukan pada kanon Perjanjian Baru seperti sekarang
(diakui oleh gereja sebagai laporan saksi mata otentik para rasul).
Ditambahkan bahwa catatan Perjanjian Baru diubah oleh Konstantin dan
para uskup untuk menciptakan Yesus yang baru. Eleman kunci lain
konspirasi The Da Vinci Code adalah
ke empat Injil dipilih dari total "lebih dari 89 Injil", kebanyakan
dimusnahkan oleh Konstantin. Ada dua isu sentral disini, dan kita perlu
membahas keduanya. Pertama adalah apakah terjadi bias atau 'asal pilih'
Konstantin atas buku-buku di Perjanjian Baru. Kedua adalah apakah
dokumen-dokumen, yang dilarangnya, seharusnya dimasukkan dalam Kitab
Suci. Mengenai isu pertama, surat-surat dan dokumen yang ditulis para
pemimpin gereja abad kedua dan juga termasuk aliran (sekte-sekte) sesat
mengkonfirmasikan penggunaan buku buku
Perjanjian
Baru. Hampir 200 tahun sebelum Konstantin menyelenggarakan konvensi
Dewan Nicaea, aliran sesat Marcion mendaftar 11 dari 27 buku Perjanjian
Baru sebagai tulisan otentik para rasul. Pada
saat yang hampir bersamaan, aliran sesat lain, Valentinus, memakai
secara luar tema dan banyak tulisan dari Perjanjian Baru. Diketahui,
kedua aliran sesat ini adalah musuh dari kepemimpinan gereja mula-mula,
dan mereka tidak menulis apa yang diinginkan oleh para uskup. Kendati
begitu, sama seperti gereja mula-mula, mereka masih tetap memegang
referensi yang sama dengan Perjanjian Baru dengan apa yang kita baca
sekarang. Jadi, kalau Perjanjian Baru sudah digunakan secara luas 200
tahun sebelum Konstantin dan Dewan Nicaea, bagaimana kaisar bisa
menciptakan atau mengubahnya? Pada saat gereja sudah tersebar luas dan
meliputi ratusan, kalau bukan jutaan, orang percaya, dan mereka semua
akrab dengan catatan Perjanjian Baru. Dalam bukunya The Da Vinci Deception (Tipuan Da Vinci), mengenai analisa terhadap buku The Da Vinci Code,
Dr. Erwin Lutzer mencatat, "Konstantin tidak memutuskan buku-buku mana
yang masuk dalam kanon; sesungguhnya topik kanon tidak muncul dalam
sidang Dewan Nicaea. Pada saat gereja mula-mula membaca sebuah buku-buku
kanon maka sudah diputuskan bahwa itu adalah Firman Allah dua ratus
tahun sebelumnya." Meskipun kanonisasi resmi masih membutuhkan waktu
tahunan sebelum difinalisasikan, Perjanjian Baru saat ini sudah
ditegaskan otentik lebih dari 200 tahun sebelum Nicaea. Hal ini membawa
kita kepada isu kedua; kenapa injil-injil Gnostik, yang misterius itu,
dimusnahkan dan dikeluarkan dari Pernjanjian Baru? Dalam buku itu,
Teabing meyakinkan bahwa tulisan-tulisan Gnostik dihapuskan dari 50
Kitab Suci yang ditulis oleh dewan atas perintah Konstantin. Dengan
antusias dia berkata kepada Neveu, "Karena konstantin mengangkat status
Yesus empat abad sejak kematian Yesus, ada ribuan dokumen eksis yang
menceritakan kehidupanNya sebagai manusia biasa. Untuk menulis ulang
buku sejarah, Konstantin tahu dia membutuhkan tindakan besar dan keras. Dari
sinilah momen paling penting dalam sejarah KeKristenan. … Konstantin
memerintahkan dan membiayai Kitab Suci baru, yang tidak memasukkan
injil-injil yang berbicara bahwa Yesus manusia biasa dan mengangkat
injil-injil yang membutNya menjadi seperti Allah. Injil-injil awal
dilarang, dikumpulkan, dan dibakar" Apakah tulisan-tulisan Gnostik ini
adalah sejarah Yesus Kristus yang benar? Mari kita lihat lebih dalam agar kita bisa memisahkan antara kebenaran dari fiksi.
Rahasia "Mereka Yang Tahu"
Injil
Gnostik dikaitkan dengan sebuah kelompok sebagai (kejutan besar disini)
Gnostik. Nama mereka diambil dari kata Yunani gnosis, berarti
"pengetahuan" .” Mereka adalah orang-orang yang berpikir mereka punya
rahasia, pengetahuan khusus yang disembunyikan dari orang biasa. Dari 52
tulisan, hanya ada 5 yang benar-benar pernah didaftar sebagai injil.
Seperti kita lihat, apa yang disebut sebagai injil itu ditandai berbeda
dari injil Perjanjian Baru, Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Ketika
KeKristenan meluas, Gnostik mencampur sejumlah doktrin dan elemen
KeKristenan kedalam kepercayaan mereka, mengubah Gnostikisme jadi
KeKristenan palsu. Mungkin mereka melakukan itu untuk menarik pengikut
baru lebih banyak dan membuat Yesus sebagai tokoh dari perjuangan
mereka. Kemdati begitu, bagi sistim pemikiran mereka agar masuk dalam
KeKristenan, Yesus perlu diubah, ditelanjangi dari kemanusianNya dan
juga ke-Allah-anNya. Dalam The Oxford History of Christianity John McManners menulis Gnostik mencampur
kepercayaan
Kristen dengan mistis. "Gnostikisme pernah (dan masih) jadi "upaya
pencerahan diri" dengan banyak bumbu. Okultisme dan mistik timur
bercampur dengan astrologi, sihir. … Mereka mengumpulkan perkataan Yesus
dibentuk agar sesuai dengan interpretasi mereka (seperti pada Injil
Thomas) dan menawarkan kepercayaan mereka sebagai alternatif atau bentuk
pesaing dari KeKristenan".
Kritik Awal
Bertentangan
dengan Brwn, bukanlah Konstantin yang melabelkan kepercayaan Gnostik
sebagai sesat; tetapi para rasul sendiri. Aliran filsafat telah mulai
tumbuh pada abad pertama, hanya beberapa puluh tahun setelah kematian
Yesus. Para rasul, dalam pengajaran dan tulisan mereka, bertutur panjang
lebar mengecam kepercayaan ini sebagai bertentangan dengan kebenaran
Yesus, dimana mereka adalah saksi mata. Kita cek, contohnya, apa yang
ditulis rasul Yohanes pada akhir abad pertama, "Siapa pendusta itu? Bukankah
dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah
antiKristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun anak." (1
Johanes 2:22) Mengikuti pengajaran para rasul, pemimpin gereja mula-mula
secara bulat mengutuk Gnostik sebagai sekte sesat. Bapa gereja
Irenaeus, menulis 140 tahun sebelum Dewan Nicaea, mengkonfirmasikan
Gnostik dikutuk oleh gereja sebagai sesat. Dia juga menolak "injil"
mereka. Namun, dengan referensi Injil Perjanjian Baru, dia mengatakan,
"Tidak mungkin Injil lebih atau kurang jumlahnya dari yang sudah ada."
Teolog Kristen Origen menulis pada awal abad ke tiga, lebih dari seratus
tahun sebelum Nicaea, Saya tahu beberapa injil yang disebut "Injil
menurut Thomas" dan "Injil menurut Matthias", dan banyak lagi yang lain
yang sudah kita baca -- supaya jangan kita dianggap bodoh karena mereka
yang mengkhayal mereka memiliki sejumlah pengetahuan jika mereka
memperolehnya dengan itu (Injil Thomas dan Injil Matthias). Walaupun
begitu, dari semua yang kita sudah setujui dari apa yang akui gereja,
dimana hanya ada empat injil seharusnya diterima. Itulah kata-kata dari
pemimpin terkemuka gereja mula-mula. Gnostik sudah dikenal sebagai sekte
non-Kristen jauh sebelum Dewan Nicaea. Tapi masih ada lebih banyakbukti yang bisa dipertanyakan terhadap klaim-klaim The Da Vinci Code.
Siapa Yang Bias Gender?
Brown
menyatakan salah satu motif Konstantin melarang tulisan Gnostik adalah
keinginan untuk menindas perempuan dalam gereja. Irosnisnya, justru
Injil Gnostik Thomas yang merendahkan martabat perempuan. Injil
menyimpulkan (katanya mengutip Petrus) dengan pernyataan yang
mengagetkan," Biarkan Maria pergi dari kita, karena perempuan tidak
pantas bagi kehidupan." (114). Kemudian Yesus disebutkan mengatakan
kepada Petrus bahwa dia akan mengubah Maria jadi laki-laki sehingga dia
bisa memasuki kerajaan surga. Baca:
perempuan lebih rendah. Dengan sentimen seperti itu diperlihatkan,
sangat sukar untuk meyakinkan bahwa tulisan Gnostik sebagai dasar dari
perjuangan pembebasan perempuan. Dengan kontras yang jelas, Yesus di
Injil (Kitab Suci) selalu memperlakukan perempuan dengan menjujung harga
dirinya dan hormat. Ayat revolusioner seperti ini ditemukan dalam
Perjanjian Baru dan jadi dasar dari upaya peningkatan status perempuan:
"Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada
hamba, atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan karena
kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus." (Galatia 3:28).
Penulis Misterius
Ketika
membahas injil Gnostik, sama seperti setiap buku yang menyandang nama
karakter Perjanjian Baru, Injil Filipus, Injil Petrus, Injil Maria,
Injil Yudas, dan seterusnya. (Terdengar seperti kumpulan panggilan
dengan pemikiran sempit) Ini adalah kuku-buku dimana teori konspirasi
seperti The Da Vinci Code mendasarkan dirinya. Tapi apakah mereka pernah
menuliskan siapa penulisnya? Injil Gnostik ditulis sekitar 110 - 300
tahun setelah Kristus, dan tidak ada ahli yang kredibel percaya ada
salah satu buku yang menuliskan penulisnya. Dalam buku, yang membahas
secara menyeluruh, James M. Robinson, berjudul The Nag Hammadi Library,
kita pelajari injil Gnostik ditulis oleh "penulis anonim dan tidak
saling berhubungan". Dr. Darrell L. Bock, pengajar studi Perjanjian Baru
di Dallas Theological Seminary, menulis, “Material, yang banyak ini,
adalah generasi-generasi yang keluar dari dasar-dasar iman Kristen, ini
poin vital untuk diingat ketika meneliti isinya." Ahli Perjanjian Baru
Norman Geisler berkomentar atas dua tulisan Gnostik, Injil Petrus dan
Perbuatan Yohanes (Tulisan Gnostik ini tidak terkait dengan buku-buku
Perjanjian Baru yang ditulis oleh Yohanes dan Petrus); "Tulisan Gnostik
tidak ditulis oleh para rasul, tapi oleh orang pada abad ke dua (dan
setelahnya) seakan-akan menggunakan otoritas kerasulan untuk mengajukan
pengajaran mereka sendiri. Hari ini, kita menyebutnya sebagai penipuan
dan penjiplakkan." Injil Gnostik bukanlah catatan historis kehidupan
Yesus tapi sebagian besar berisi mistis, diselimuti misteri, tidak
mengindahkan detil historis seperti nama-nama, tempat, dan peristiwa.
Ini sangat kontras dengan Injil Perjanjian Baru, yang berisi banyak
sekali fakta historis tentang kehidupan Yesus, pelayananNya, dan
firmanNya.
Nyonya Yesus
Bagian
paling menarik dari konspirasi Da Vinci adalah pernyataan bahwa Yesus
dan Maria Magdalena diam-diam menikah dan punya anak, yang menurunkan
keturunan. Karena itu, rahim Maria Magdalena, yang ada anak Yesus,
digambarkan di buku sebagai 'Holy Grail', rahasia yang dijaga sangat
ketat oleh organisasi Katolik dengan nama 'Priory of Sion'. Sir Isaac Newton, Botticelli, Victor Hugo, dan Leonardo Da Vinci disebutkan sebagai anggotanya. Romantika.
Skandal. Intrik. Bahan sangat bagus bagi teori konspirasi. Tapi apa
benar? Lihat apa yang dikatakan para pakar. Artikel di majalah Newsweek menyimpulkan
pendapat para ahli, teori Yesus dan Maria Magdalena menikah diam-diam
tidak punya dasar sejarah.[15] Cerita yand disodorkanThe Da Vinci Code dibangun
hanya berdasarkan satu ayat di Injil Filipus yang mengindikasikan Yesus
dan Maria Magdalena 'berteman'. Dalam buku, Teabing membangun kasus
dengan argumen kata 'berteman' (koinonos) bisa berarti 'pasangan'. Tapi
teori Teabing tidak diterima oleh para ahli. Juga ada satu ayat di Injil
Filipus yang menyatakan Yesus mencium Maria. Menyambutteman dengan
ciuman sudah biasa dilakukan di abad pertama, dan tidak punya konotasi
seksual. Tapi meski interpretasi The Da Vinci Code benar,
tidak ada dokumen historis yang mengkonfirmasi teori itu. Juga karena
Injil Filipus ditulis sekitar 150 - 220 tahun setelah Yesus oleh penulis
tak diketahui, pernyataannya mengenai Yesus tidak bisa diandalkan
secara historis. Mungkin Gnostik (para penganut Gnostik) merasa
Perjanjian Baru sedikit malu-malu mengungkapkan romatika dan memutuskan
menambahkan bumbu itu sedikit. Apapun alasannya, ayat yang terisolasi
dan tidak jelas ini, ditulis dua abad setelah Yesus dan tidak kuat untuk
dijadikan dasar sebuah teori konspirasi. Menarik di baca, mungkin, tapi
jelas bukan sejarah. Bagaimana tentang 'Holy Grail dan the Priory of
Sion', tulisan fiksi Brown kembali mendistorsi sejarah. Legenda 'Holy
Grail' diperkirakan adalah gelas Yesus pada saat makan malam terakhir
(malam sebelum penyaliban) dan tidak ada kaitan apapun dengan Maria
Magdalena. Dan Leonardo da Vinci tidak pernah tahu tentang 'Priory of
Sion', karena organisasi ini belum dibentuk sampai tahun 1956, 437 tahun
setelah kematiannya. Kembali, fiksi menarik, tapi kebohongan sejarah.
Dokumen Rahasia
Tapi
bagaimana dengan pengungkapan Teabing bahwa ada "ribuan dokumen
rahasia" yang membuktikan KeKristenan itu kebohongan. Apakah ini benar?
Jika ada dokumen-dokumen seperti itu, para ahli penentang KeKristenan
akan langsung melahapnya. Tulisan-tulisan pemalsuan yang ditolak oleh
gereja mula-mula karena pandangan sesatnya bukanlah rahasia, sudah
dikenal selama lebih dari satu abad. Tidak ada kejutan disini. Mereka
tidak pernah dipertimbangkan sebagai bagian tulisan otentik para rasul.
Dan jika Brown (Teabing) mengambil referensi catatan-catatan yang tidak
jelas asalnya atau injil-injil yang belum jadi, hal ini akan membuat
cerita jadi hambar. Tulisan-tulisan
ini bukan rahasia, apalagi tulisan itu tidak menentang KeKristenan.
Ahli Perjanjian Baru Raymond Brown mengatakan Injil Gnostik, "Kami
pelajari tidak ada fakta baru, yang bisa diverifikasi, tentang sejarah
pelayanan Yesus, dan hanya ada beberapa pernyataan yang mungkin berasal
dari Yesus.
Tidak
seperti injil-injil Gnostik, yang penulisnya tidak dikenal dan bukan
saksi mata, Perjanjian Baru, yang kita miliki sekarang, telah melewati
banyak ujian ke-otentik-an. (Klik untuk membaca Jesus.doc) Kontras
sangat mengejutkan bagi mereka yang mendesakkan teori-teori konspirasi.
Sejarahwan Perjanjian Baru F. F. Bruce menulis : "Tidak ada literatus
kuno di dunia yang memiliki kekayaan teksual, dalam kondisi baik,
seperti Perjanjian Baru." Ahli Perjanjian Baru Bruce Metzger
mengungkapkan kenapa Injil Thomas tidak diterima oleh gereja mula-mula:
"Tidak benar untuk menyatakan Injil Thomas dikeluarkan oleh sebagian
dewan: hal benar untuk melihatnya, Injil Thomas itu sendiri mengeluarkan
dirinya sendiri! Injil tidak mempunyai harmoni dengan testimoni lain
tentang Yesus sehingga orang Kristen mula-mula menerimanya untuk bisa
dipercaya."
Putusan Sejarah
Jadi,
apa yang kita simpulkan berkaitan dengan berbagai teori konspirasi
mengenai Yesus Kristus? Karen King, dosen sejarah di Harvard, telah
menulis beberapa buku mengenai injil Gnostik, termasuk Injil Maria
Magdalena dan Apa itu Gnostikisme? King, meskipun dia membela dengan
keras pengajaran Gnostik, menyimpulkan, "Pernyataan-pernyataan mengenai
teori konspirasi --- semuanya adalah ide-ide marginal saja dan tidak
punya dasar sejarah." Meski tidak ada bukti sejarah, teori konspirasi
terus menjual jutaan buku dan membuat rekor 'box office'. Para ahli
dibidang yang berkaitan, sejumlah orang Kristen dan mereka yang tidak
punya keimanan, telah mempertanyakan klaim 'The Da Vinci Code'. Namun,
mereka yang mudah terombang-ambing tetap merenung, apa ada sesuatu di
sana? Wartawan televisi, yang mendapat beberapa penghargaan, Frank
Sesno, bertanya kepada panel para ahli sejarah mengenai ketertarikan
orang dengan teori-teori konspirasi. Professor Stanley Kutler dari
University of Wisconsin menjawab, "Kita suka sekali misteri--- tapi yang
lebih kita sukai adalah konspirasi.' Jadi jika anda ingin membaca teori
konspirasi,yang sangat menarik, tentang Yesus, novel Dan Brown, The Da
Vinci Code, mungkin akan memuaskan anda. Tapi kalau anda ingin membaca
catatan yang sejati tentang Yesus Kristus, maka Matius, Markus, Lukas,
dan Yohanes akan membawa anda kepada apa yang dilihat, didengar, dan
ditulis para saksi mata. Siapa yang anda lebih percayai ?
Apakah Yesus Benar-Benar Bangkit Dari Kematian?
Pertanyaan
terbesar masa kini adalah, "Siapa sebenarnya Yesus Kristus? Apakah dia
hanya seorang luar biasa, atau dia ALLAH dalam daging, seperti
dipercayai oleh para muridNya Paulus, Johannes, dan yang lainnya. Para
saksi mata, bagi Yesus Kristus, berbicara dan bertindak sepertinya
mereka percaya Dia bangkit secara fisik dari kematian setelah
penyalibannya. Jika mereka salah maka KeKristenan didirikan diatas
kebohongan. Tapi jika mereka benar, mujizat seperti itu secara
memperkuat semua yang Yesus katakan mengenai ALLAH, diriNya, dan kita.
Tapi apakah kita percaya pada kebangkitan Yesus hanya dengan iman saja,
tapi apakah ada bukti historis yang kuat? Beberapa ahli skeptis mulai
meneliti catatan historis untuk membuktikan bahwa catatan kebangkitan
itu salah. Apa yang mereka temukan?
Apa Yang Yesus Katakan Setelah Kita Mati?
Jika
Yesus benar-benar bangkit dari kematian, maka Dia seharusnya tahu ada
apa setelah kematian itu. Apa yang Yesus katakan mengenai arti kehidupan
dan masa depan kita? Apakah ada banyak jalan ke ALLAH atau klaim hanya
Yesus satu-satunya jalan? Baca dan mulai menjawab "Kenapa Yesus?"
Bisakah Yesus Memberi Arti Pada Kehidupan?
"Kenapa
Yesus?" meneliti pertanyaan Yesus relevan atau tidak sekarang ini.
Bisakah Yesus menjawab pertanyaan besar kehidupan, "Siapa saya!?"
"Kenapa saya disini?" dan, "Kemana saya pergi?" Penutupan gereja-gereja
dan penyaliban telah menuntun sebagian orang percaya Dia tidak bisa, dan
Yesus telah meninggalkan kita untuk menghadapi dunia yang tidak bisa
dikontrol. Tapi Yesus telah membuat pernyataan mengenai kehidupan dan
tujuan kita ada disini di dunia, yang perlu diteliti sebelum kita
menyebutnya sebagai tidak peduli atau tidak mampu. Artikel ini meneliti
misteri kenapa Yesus datang di dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar