Ketika Senyum itu Datang
Hati siapa yang takkan resah
Bila ada yang membenci dirinya
Pikiran siapa yang takkan sedih
Bila dia tidak bisa mengenal sekelilingnya
Ketika sapaan berbalaskan acuhan
Ketika mata dipalingkan
Dan mulut diam tak bergerak
Siapa yang takkan resah
Bila ada yang membenci dirinya
Pikiran siapa yang takkan sedih
Bila dia tidak bisa mengenal sekelilingnya
Ketika sapaan berbalaskan acuhan
Ketika mata dipalingkan
Dan mulut diam tak bergerak
Siapa yang takkan resah
Akukah yang salah
Dilahirkan menjadi orang seperti ini
Atau merekakah yang salah
Menjadi orang seperti itu
Dilahirkan menjadi orang seperti ini
Atau merekakah yang salah
Menjadi orang seperti itu
Alangkah buruknya wajah manusia
Apabila dia penuh dengan amarah
Dengki, keserakahan,
Dan kecemburuan
Seperti singa yang merintih kesakitan
Begitu pula orang yang memendam amarah
Seperti matahari di balik awan
Begitu pula rupa orang tanpa senyuman
Begitu pula orang yang memendam amarah
Seperti matahari di balik awan
Begitu pula rupa orang tanpa senyuman
Tiada kedamaian
Di balik amarah
Tiada rasa aman
Di balik kekerasan
Bunga di padang yang melayu
Tertunduk sedu
Tangkainya mulai mematah
Sehingga kepalanya menyentuh tanah
Di balik amarah
Tiada rasa aman
Di balik kekerasan
Bunga di padang yang melayu
Tertunduk sedu
Tangkainya mulai mematah
Sehingga kepalanya menyentuh tanah
Keindahan manusia yang menghilang
Ketika ia penuh dengan amarah
Jiwanya menjadi hampa
Dan hidupnya tak tentu
Seperti seberkas sinar
Yang lewat dalam kegelapan
Demikian senyum manusia
Membawa kedamaian bagi yang melihatnya
Ketika ia penuh dengan amarah
Jiwanya menjadi hampa
Dan hidupnya tak tentu
Seperti seberkas sinar
Yang lewat dalam kegelapan
Demikian senyum manusia
Membawa kedamaian bagi yang melihatnya
Kadang kutatap kehidupan penuh misteri
Kucoba berlari mencari jawaban atas diri ini
Memikirkan yang tidak dapat kupikirkan
Kuterjebak dalam jaring-jaring kegelapan
Kealpaanku dalam kebaikan
Cahaya kegelapan begitu menyilaukan mataku
Tak mampu lagi diri ini menatap sang waktu
Rasa pegal, nyeri, putus asa telah datang
Sang juru kunci tak mau menjamahku
Menjamah tubuh yang kotor ini
Atau karena aku tidak pernah lagi memberikan senyum kepadaNya
Senyum seorang hamba
Entah berapa kali aku coba
Tetap raga ini rapuh juga
Tuhan tetap menang dalam permainannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar